Anda pernah mendengar nama Merry
Riana? Belum? Sama. Sebelum inipun saya tak kenal sedikitpun tentang dia. Apa
aktifitasnya, darimana asalnya, apa yang membuatnya menjadi begitu terkenal
dll. Blank. Nol besar. Kenapa? Ya,
karena memang Merry lebih terkenal di negeri seberang Singapore, tempatnya
menuntut ilmu dan menghantarkannya menjadi milyarder, dibanding di Indonesia
tanah kelahirannya.
Perkenalan saya dengan Merry
terjadi secara tak sengaja. Ini berawal dari suatu hari, saya tak sengaja
mendapati sebuah buku cukup tebal di atas meja Mas Imam, rekan Humas saya di sekolah. Mas Imam ini terkenal kutu
buku. Buku apapun dia lahap. Termasuk novel, sains, terutama biografi tokoh
besar. Tokoh idolanya sampai sekarang adalah Dahlan Iskan, tapi entah mengapa,
Mas Imam selalu thypo menyebut
namanya menjadi Dahlan Iskak. Emangnya pelawak?
Ha ha.
Buku itu bertitel “Merry Riana, True Story, Mimpi Sejuta
Dollar, Sebuah Kisah Perjuangan yang Sangat Menggugah, dari Mahasiswi
Berkantong Pas-Pasan hingga Bisa Meraih Penghasilan 1 Juta Dollar di Usia 26
Tahun!” Cukup panjang ya judulnya. He
He.
Ada banyak mutiara yang bisa kita
petik dari buku karangan Alberthine Endah ini. Beliau adalah seorang Sarjana
Sastra Belanda Universitas Indonesia yang telah menghasilkan novel bestseller. Dan saat ini beliau sedang
fokus menggarap biografi tokoh besar di Indonesia. Di antara biografi tokoh
yang sudah beliau tulis itu antara lain: Krisdayanti, Raam Punjabi, Venna
Melinda, Anne Avantie, Titiek Puspa, Chrisye, Yenny Rahman, Probosutedjo &
Ibu Ani Yudhoyono.
Buku Merry Riana ini terdiri atas
343 halaman dan disajikan dengan bahasa orang pertama, sehingga para pembaca
akan tergiring seakan-akan yang berbicara di buku ini adalah Merry Riana
sendiri. Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama ini termasuk bestseller, bahkan
banyak seminar bermunculan seiring dengan dilaunchingnya buku ini di pasaran.
Menurut saya, buku ini sangat
amat layak dibaca, bagi siapapun yang tertarik menggeluti bisnis, yang sedang
terjun di dunia motivator, atau siapapun yang kebetulan ingin melihat lebih
dekat dunia kuliah di NTU sekaligus program beasiswanya.
Supaya lebih jelas, berikut
intisari buku yang termasuk menjadi buku favorit saya ini. Selamat menikmati.
1. Merry
Riana dilahirkan dari keluarga etnis keturunan. Mempunyai 2 orang adik Aris
& Erick.
2. Merry
Riana lulus dari SMA Katolik Santa Ursula dan berniat melanjutkan kuliah ke
Trisakti.
3. Saat
itu bertepatan dengan kerusuhan Mei 1998. Keluarga Merry terancam karena mereka
adalah etnis Tionghoa. Rencana kuliah di Trisakti berantakan.
4. Ayah
Merry, Ir. Suanto Sosrosaputro, adalah Sarjana Teknik Elektro ITB, kemudian
berlanjut menjadi dosen di sana. Setelah itu bekerja di perusahaan elektronik
Perancis sebelum akhirnya banting stir membuka toko elektronik kecil-kecilan (keluar
dari kantor karena persaingan tak sehat dengan rekan kerjanya).
5. Ayah
Merry, demi menjaga keselamatan Merry, memutuskan Merry supaya kuliah di NTU
Singapore dengan cara meminjam di Bank Singapore.
6. Keluarga
Merry sempat merasakan kehidupan yang mapan ketika ayahnya bekerja di
perusahaan Perancis tersebut.
7. Ayah
Merry mendapat fasilitas mobil dari kantor yang dilengkapi telepon, dan secara
teratur bisa berlibur ke Sumatra, Bali, Australia & Singapore.
8. SMA
Santa Ursula tempat Merry belajar secara rutin didatangi NTU. Mereka melakukan
presentasi tiap tahun & mengajak alumni Santa Ursula untuk kuliah di
Singapore.
9. Kampus
NTU ini terkenal dengan disiplinnya yang ketat & dosen-dosennya yang luar
biasa.
10. NTU
menyediakan fasilitas kredit bagi beaya pendidikan beevelopment Bank of
Singapore, dengan demikian, mahasiswa Indonesia yang kuliah di sana tidak perlu
pusing memikirkan beaya awal.
11. Utang
di DBS bisa dicicil setelah mahasiswa lulus & bisa bekerja.
12. Jumlah
utang yang diberikan saat itu sekitar 300 juta rupiah atau 40 ribu dolar
Singapura.
13. NTU
juga tidak menerapkan standar TOEFL karena di kampus tersebut disediakan sarana
khusus & agenda yang ketat untuk belajar Bahasa Inggris dengan cepat.
14. Merry
berangkat ke NTU dengan beberapa temannya dari Santa Ursula. Rata-rata siswa
Tionghoa memang eksodus kuliah di luar negeri. Kebanyakan ke NTU karena
Singapore lebih dekat & murah. Yang menengah ke atas lebih memilih kuliah
ke Australia bahkan Amerika.
15. Merry
berangkat ke Singapura pada bulan Juli saat usianya menginjak 18 tahun, dengan
bekal ala kadarnya, mi instan, pasta gigi, deterjen, sabun mandi, gula, teh
bahkan CPU semua dijejalkan ke dalam kopor.
16. Beberapa
teman Merry yang cukup kaya bahkan di antar orangtuanya sampai ke Singapura
& merencanakan berbelanja kebutuhan asrama di Singapura.
17. Merry
mengaku lulus SMA dengan bekal Bahasa Inggris yang pas-pasan. Ini bisa menjadi
masalah, karena meskipun bisa mengikuti layanan pengajaran Bahasa Inggris bagi
mahasiswa asing di NTU, tapi bila berkali-kali gagal dalam ujian Bahasa Inggris
maka kuliah tidak bisa dilanjutkan.
18. Untuk
membiayai keberangkatan Merry ke Singapura, mama Merry, Ibu Lynda Sanian,
sampai harus mencairkan dana asuransi pendidikan sebelum waktunya karena butuh
beaya banyak.
19. Merry
tiba di Singapura dengan disambut pemandangan indah Jurong West & keanggunan
kampus NTU yang megah.
20. Merry
memakan makanan Singapuranya yang pertama, nasi goreng polos, seharga 2 dolar
Singapura atau 20 ribu rupiah. Merry sangat bersedih harus membuang uang
sebanyak itu.
21. Merry
menjalani pagi hari pertamanya di Singapura dengan sebungkus mi instan
pertamanya.
22. Hari
ke 2 itu Merry akan mengurus peminjaman kredit ke DBS, sebelumnya dia harus
meminta tanda tangan jaminan hutang dari 2 orang senior di NTU.
23. Merry menndatangani berkas dokumen peminjaman
di DBS. Dalam dokumen tersebut tertera bahwa Merry akan mendapat pinjaman
sebesar 300 juta rupiah dalam kurs Singapura.
24. Uang
sejumlah itu akan digunakan untuk pembayaran kuliah sampai lulus, biaya sewa
asrama dan uang saku
25. Beaya
sewa asrama dan uang saku diberikan setiap 6 bulan, sebesar 1.500 dolar.
26. Itu
artinya, Merry harus membagi 1.500 dolar menjadi 6 bulan, atau 250 dolar
perbulan
27. Dengan
jatah 250 dolar perbulan, berarti Merry harus membayar beaya sewa asrama 180
dolar, beaya buku 30 dolar, sisa 40 dolar untuk uang saku sebulan. Atau 1,5
dolar per hari
28. Itu
artinya Merry harus pintar-pintar menghemat uang 10 dolar seminggu / 1,5
dolarnya setiap hari dan harus membaginya untuk makan selama 3 x! Padahal harga
sepiring nasi goreng polos adalah 2 dolar!
29. Di
NTU, Merry mengambil jurusan EEE atau Electrical & Electronic Engineering.
30. Pihak
fakultas memberitahu mahasiswanya daftar buku yang diperlukan untuk kuliah,
namun harga buku-buku itu sangat tidak masuk akal bagi isi dompet Merry.
Sedangkan Merry sendiri menegaskan bahwa pembelian buku adalah prioritas
pertama. Merry gundah bukan kepayang. Dia tak bisa makan layak & tak bisa
juga membeli buku.
31. Keluarga
Merry di Indonesia tidak tahu sama sekali dengan kondisi Merry. Mereka juga
sama sedang prihatin, namun tak pernah terbayangkan Merry harus hidup lebih
susah di negeri orang. Bahkan Elaine, teman sekamar asrama Merry yang juga
lulusan Santa Ursula juga tidak tahu keadaan Merry.
32. Malam
itu Merry kembali makan dengan mi instan, dia harus berhemat.
33. Mahasiswa
asing di NTU kebanyakan adalah Indonesia, India & China. Selebihnya Vietnam
& Malaysia.
34. Para
dosen NTU juga kebanyakan berasal dari China & India dengan pelafalan
Bahasa Inggris yang sulit dimengerti.
35. Aktivitas
kuliah di NTU sangat keras. Jadwal kuliah & sistem ujian periodiknya sangat
berat. Hampir setiap hari ada tugas & ujian. Jam kuliah berlangsung dari
pagi hingga sore hari.
36. Merry
mengatur jatah makannya sebagai berikut. Pada setiap akhir pekan dia pergi ke
ATM, mengambil 10 dolar. Kemudian dia membeli roti tawar besar untuk menjadi
bekal makan siangnya setiap hari. Malam hari & pagi hari Merry hanya makan
mie instan, bahkan terkadang tak makan!
37. Untuk
penghematan lainnya, Merry juga memilih berjalan kaki ke kampus. Memilih
fotokopi daripada membeli buku.
38. Merry
juga harus mati-matian bersandiwara saat harus tidak memesan makanan ketika
bersama teman-temannya berdiskusi di kantin. Atau bahkan melawan gairah masa
mudanya untuk berbelanja bersama teman-temannya di pusat kota Singapura.
39. Saat-saat
Merry berjuang sendirian melawan jeratan keuangan itu, Tuhan mengirimkan
seorang teman, yang kelak menjadi suaminya tercinta, Alva Tjenderasa. Mereka
bertemu secara tak sengaja di pusat pendalaman agama Katholik di kampus mereka.
40. Alva
sendiri tadinya hendak meneruskan studi ke Amerika, namun karena krismon
melanda, dia memindahkan tujuan studi ke NTU. Alva mengambil jurusan ilmu
teknik mesin.
41. Alva
juga tidak berasal dari keluarga yang berada. Untuk menghemat pengeluaran di
NTU, Alva memilih untuk tidak membeli buku. Dia mensiasati materi kuliah dengan
meminjam buku, atau berpatungan membeli buku dengan temannya. Caranya? Mereka
membelah buku yang dibeli patungan menjadi 2!
42. Satu
tahun berlalu, dan beban kuliah Merry & Alva mulai berkurang. Dan mereka
sampai di masa liburan semester. Merry mulai memutuskan untuk merubah hidupnya.
Dia harus bekerja.
43. Pekerjaan
pertama Merry adalah menjadi pembagi brosur sebuah kantor biro jodoh di
jalan-jalan kota Singapura. Upahnya 3-5 dolar per jam. Dengan target bekerja 8 jam sehari maka Merry akan mendapat
25 dolar sehari. Atau 175 dolar seminggu. Sangat besar sekali pencapaiannya
untuk ukurannya yang sebelumnya harus hidup dengan 10 dolar seminggu. Merry pun
menargetkan bisa menabung hingga 15 dolar per hari.
44. Hari
pertama Merry bekerja sebagai pembagi brosur sangatlah berat. Dia harus
berhadapan dengan orang yang acuh tak acuh. Disengat matahari. Dan harus
berdiri berjam-jam. Hari itu Merry mendapat gaji pertamanya, 15 dolar untuk
membagi brosur selama 5 jam.
45. Merry
mencicipi hasil kerja kerasnya siang itu dengan membeli segelas kopi enak dan
menyantap nasi berlauk daging di sebuah kedai di Tanjong Pagar. Dia sangat puas
dan terus menerus tersenyum sambil mengunyah menu makan istimewanya itu.
46. Hari
demi hari dilalui Merry dengan menjadi pembagi brosur. Dan dia harus berjuang
melawan rasa penat, letih & bosan.
47. Hari
itu bertepatan dengan hari ulang tahun Merry. Diapun masih berkutat dengan
pekerjaannya membagi brosur di jalanan. Tak ada keluarga, teman yang memberikan
selamat ultah padanya. Dia protes, mengapa di hari yang istimewa ini dia harus
berdiri berpanas-panas membagi brosur. Dia capek dan marah. Sampai kemudian dia
mendapat hadiah yang tak disangka-sangka dari Tuhan. Dia bertemu Jamie Aditya
si VJ MTV! Dan Jamie pun berkenan memebrikan hadiah yang luar biasa bagi Merry.
Sebuah ucapan selamat ulang tahun, lengkap dengan tanda tangannya!
48. Alva
sangat mengagumi motivator Anthony Robbins dengan bukunya Unlimitted Power & Awaken
the Giant Within. Dan Merrypun ketularan, mereka sangat excited dengan
hal-hal yang berbau semangat & motivasi.
49. Pada tahun 2000, Merry berpindah menjadi
pembagi brosur kios laundry. Disini, Merry akan mendapatkan upah 50 dolar
sehari dengan bekerja 6-8 jam. Jauh lebih baik dari pekerjaan sebelumnya dimana
Merry hanya mengumpulkan 15 dolar sehari.
Sangat bersemangat.
50. Namun
nahas, di hari pertama Merry bekerja, dia tertidur, bahkan dipergoki sendiri
oleh sang pemilik laundry, namanya
Mr. Kenny. Dari sini perkenalan mereka terjadi & Merry ditawari untuk
bekerja di florist milik adik sang
pemilik laundry.
51. Disini
Merry juga mendapat tugas tambahan. Selain membersihkan bunga, Merry juga harus
berkeliling kantor untuk membagi brosur florist
& meminta kartu nama calon pelanggan.
52. Selain
menjadi florist, Merry juga nyambi kerja sebagai pelayan restoran. Ongosnya 25
dolar semalam.
53. Sebagai
pelayan, tugas Merry adalah membawakan menu pesanan & membersihkan meja.
54. Tak
semua pekerjaan yang digeluti Merry beruntung, suatu ketika Merry harus tertipu
mentah-mentah di bisnis investasi
55. Bisnis
itu adalah MLM bernama Success Forever dimana peserta minimal berinvestasi 200
dolar yang dijanjikan tak akan hilang, bahkan terus berkembang, dari situ
muncul kode akses atau password. Dari
password tersebut maka peserta akan
bisa mengakses sistem menuju langkah-langkah sukses. Tapi ternyata kantor itu
dihari berikutnya tutup dan meninggalkan para korbannya.
56. Masa
prihatin Merry mulai berkurang saat kuliahnya memasuki semester 6, dimana Merry
diberi kesempatan untuk magang sebagai salah satu program NTU bekerjasama
dengan perusahaan besar di sana.
57. Merry
memilih magang di perusahaansemikonduktor dari Amerika, Micron Semiconductor
Pte. Ltd. Perusahaan ini memberi juga gaji magang sebesar 750 dolar per bulan.
58. Perusahaan
itu juga menawarkan beasiswa bagi mahasiswa magang, yaitu dengan membayarkan
25% dari total biaya kuliah, ada ujian wawancaranya, namun Merry gagal.
59. Merry
& Alva juga diberi sebuah anugerah manakala Anthony Robbins, motivator
idola mereka akan menggelar seminar di Singapura selama 4 hari berturut-turut.
Tiketnya cukup mencekik leher, 1.250 dolar per orang. Setelah berembuk keras
selama 2 jam, Merry & Alva memutuskan untuk mengikutinya. Mereka sempat
khawatir juga ketika menyerahkan uang sebesar itu kepada petugas seminar.
Mereka khawatir tertipu lagi seperti dengan perusahaan MLM. Akhirnya mereka
memutuskan percaya. Dan terbukti, mereka tidak ditipu kali ini.
60. Seminar
itu berlangsung selama 4 hari di Singapore expo dan dihadiri 5000 orang.
61. Seminar
itu sangat dahsyat. Semua peserta dibuat berkobar-kobar semangatnya. Di hari ke
3 Merry tak terkendali, di tengah seminar dia tiba-tiba berlari menerobos kursi
penonton menuju panggung. Dia ingin bersalaman & berfoto bersama idolanya.
Sempat terhalang oleh bodyguard,
Merry akhirnya berhasil berfoto bersama Alva dengan idola mereka di masa break
seminar. Selamat!
62. Jiwa
bisnis Merry & Alva semakin terasah. Di masa-masa mahasiswa NTU dalam
penulisan skripsi, mereka berdua menawarkan fotokopi & penjilidan skripsi
dengan harga yang lebih murah dari biasanya. Teman-temannya setuju namun
akhirnya mereka berdua kesulitan mencari tempat penjilidan yang termurah.
Mereka sulit bersaing dengan pemain lama. Penjilidan skripsi gagal.
63. Mereka
berdua kemudian merambah bisnis MLM herbal Tianshi. Mereka ingin menjadi
perwakilan Tianshi Indonesia pertama di Indonesia. Mereka berdua berpromosi
mencari pelanggan dan berhasil. Mereka pun sempat pulang ke Indonesia untuk
membeli produk-produk Tianshi. Tapi akhirnya bisnis mereka mandek. Tianshi
Indonesia membatalkan ekspansi bisnis mereka ke Singapura.
64. Pengalaman
pahit mereka ternyata tidak berhenti. Saat mereka memutuskan terjun ke jual
beli saham. Dalam kurun waktu 4 minggu saja mereka sudah rugi 10.000 dolar!
65. Merry
dan Alva kemudian lulus dan diwisuda di tahun 2002. Hari bahagia itupun
berlanjut dengan misa pertunangan mereka di gereja St. Francis Asisi di Jurong
West.
66. Setelah
lulus, Merry & Alva memutuskan tetap tinggal di Singapura. Bersama beberapa
teman-temannya mereka patungan menyewa sebuah apartemen sederhana.
67. Berbeda
dengan kebanyakan teman-temannya, Merry & Alva memutuskan untuk tidak
menjadi pekerja kantoran. Mereka berdua mantap berbisnis. Meskipun menjadi
ejekan dari teman-temannya. Mama Merry bahkan sempat menangis saat Merry
mengutarakan niatnya.
68. Merry
& Alva kemudian memutuskn untuk menjadi sales produk finasial atau Financial Consultant. Setelah ditolak di
3 perusahaan, akhirnya mereka diterima sebagai sales Prudential.
69. Merry
& Alva memutuskan bekerja sebagai tim. Mereka bekerja bersama-sama.
70. Prinsip
kerja dasar sales adalah menghibungi orang. Mereka ditugaskan menelpon 100
orang tiap hari. Dari 100 orang tersebut kemungkinan ada 1 orang yang mau
bertemu untuk mendengarkan presentasi. Menurut sang manajer pula, dari 3 orang
yang mau bertemu akan ada 1 orang yang deal.
Artinya untuk mendapatkan 1 orang yang deal
Merry harus menelpon 300 orang!
71. Dua
minggu berselang, dan dari beratus-ratus orang yang ditelepon, hanya 1 orang
yang deal.
72. Mereka
berdiskusi dan akhirnya memutuskan bahwa sistem menelepon tidaklah efektif. Dan
mereka memutuskan untuk bekerja diluar kantor.
73. Merry
& Alva memutuskan untuk presentasi dari rumah ke rumah, bahkan ke NTU. Tapi
hasilnya tidak memuaskan.
74. 3
bulan berlalu & tidak ada perkembangan berarti bagi Merry & Alva.
75. Akhirnya
mereka memutuskan untuk berjualan di jalanan. Hal ini sangat efektif karena
kultur di Singapura juga mendukung. Orang-orang disana berjalan ke mana-mana.
76. Menjual
sebuah produk dengan menyetop orang-orang yang berjalan cepat bukanlah perkara
mudah. Belum lagi bahasa Inggris Merry tidak terlalu bagus. Hari pertama
berjualan di jalan, Merry menangis. Dan tak ada 1 orangpun yang tertarik
mendengarkan presentasi.
77. Merry
dan Alva memutar otak. Mereka memutuskan pindah lokasi ke mall namun nihil. Orang-orangnya
sama sibuknya seperti di stasiun MRT.
78. Akhirnya
mereka berdua menemukan tempat yang cocok: halte bus. Disini orang-orang lebih
rileks dan santai. Merry pun mengakali tempat presentasi di Mc Donald. Berhasil.
1 demi 1 klien membubuhkan tanda tangannya.
79. Selain
halte bus, tempat strategis berikutnya adalah stasiun kereta api. Disini mereka
sebenarnya bertemu dengan kalangan menengah ke bawah. Namun justru mereka
sangat perhatian terhadap masa depan finansial mereka. Merry & Alva mulai
memanen sukses mereka.
80. Merry
& Alva bekerja 24 jam dari pagi hingga malam hari. Mereka hanya istirahat
untuk makan sebentar. Itupun jajan mereka sangatlah irit.
81. Masalah
mulai muncul ketika mama Merry mengetahui pekerjaan putri sulungnya di
Singapore yang hanya bekerja sebagai sales. Merry berjanji pada mamanya bahwa
bila dalam 3 bulan ia belum berhasil maka Merry akan mendaftar kerja di
perusahaan.
82. Merry
juga harus segera melunasi hutang kuliahnya di NTU. Dia sudah berjanji pada
dirinya untuk tidak meminta uang pelunasan dari mama papanya.
83. Target
Merry & Alva yang terakhir adalah sukses di usia muda & membahagiakan
keluarga. Oleh karena itu mereka semakin semangat melakukan presentasi.
84. Target
Merry di bidang asuransi ini adalah mencapai angka 100.000 dolar per tahun dari
total nilai investasi klien-kliennya demi mencapai level manajer. Dan ini tidak
mudah. Sangat tidak mudah. Apalagi target pada mamanya hanya 3 bulan! Bayangkan!
85. Alva
menerapkan kedisiplinan ekstra keras: yaitu 20 presentasi setiap hari. Sebab dari
pengalaman terlihat, dalam 20 kali presentasi 5 orang tampak menunjukkan
keseriusan. Dari 5 orang itu, 3 orang bersedia bertemu kembali untuk diprospek.
Dan dari 3 orang itu, 1 orang akhirnya deal.
86. Bulan
Desember 2002 nilai investasi Merry telah mencapai 75 ribu dollar. Masih kurang
2 minggu lagi dan dia harus mencapai target 100.000 dolar.
87. Mukjizat
bagi Merry terjadi saat dia mendekati seorang wanita berusia 60 tahunan untuk
diprospek. Mulanya Merry agak ragu karena dia biasanya memprospek pelanggan
yang berusia muda.
88. Ternyata
wanita tua itu tadi baru cair depositonya. Dan dia sedang bingung hendak
dikemanakan depositonya. Dan dia akhirnya memutuskan mengambil program finasial
Merry. Nilainya: 100.000 dolar cash! Target Merry tercapai. Lebih bahkan. Dia menjadi
Manajer! Syaratnya mudah dia harus mempertahankan nilai investasi itu 2 tahun
berturut-turut.
89. Merry
tercatat menjadi sales pada bulan Oktober 2002. Dan dalam waktu 3 bulan dia
bisa mewujudkan mimpinya.
90. Bulan
April 2003 Merry membayar sendiri hutang kuliah NTU nya senilai 40.000 dolar.
91. Bulan
Juli 2003 Merry mengajak kedua orangtuanya berlibur ke Korea Selatan. Tentunya dengan
uang hasil jerih payah Merry sendiri. Merry menangis melihat kebahagian kedua
orangtuanya disana.
92. Desember
2003 pencapaian investasi Merry mencapai 900.000 dolar. Karena cukup fantastis
untuk seukuran sales muda, Merry diundang Star Club berlibur sekaligus
mengikuti konferensi di San Fransisco & Roma Italia.
93. Tahun
2004 Merry didaulat menjadi presiden Star Club dikarenakan penghasilan tetap
yang dia dapatkan mencapai 1 milyar rupiah lebih per tahun. Pengangkatan Merry
sebagai presiden Star Club dilakukan di Gold Coast Australia. Seorang presiden
termuda sepanjang sejarah dengan usia 24 tahun!
94. 17 Juli 2004 Merry dan Alva resmi menikah di Grand
Copthorne Hotel Singapura.
95. Tahun
2006 Merry meraup penghasilan 1 juta dolar & dinobatkan sebagai profesional
muda dengan penghasilan besar di Singapura. Selamat Merry!!
Itulah sekelumit
kisah tentang Merry Riana dan kesuksesannya. Jika saat ini, sekarang ini, hari
ini anda sedang merasa gagal lihatlah kegagalan Merry Riana. Jika anda sedang
merasa letih, lihatlah keletihan Merry Riana. Jika saat ini anda sedang malu
dengan pekerjaan anda, lihatlah keteguhan hati Merry Riana. Bersemangatlah. Karena
saya yakin, anda dan saya, belum ada apa-apanya dibadingkan dengan perjuangan,
keletihan, & semangat seorang gadis muda bernama Merry Riana. Salam sukses!!
“You
can take me out from Indonesia, but you can never take Indonesia out from me”
Merry
Riana