Sabtu, 01 Juni 2013

Meneladani Semangat Merry Riana, Milyarder Indonesia yang dilahirkan di Jalanan Singapura




Anda pernah mendengar nama Merry Riana? Belum? Sama. Sebelum inipun saya tak kenal sedikitpun tentang dia. Apa aktifitasnya, darimana asalnya, apa yang membuatnya menjadi begitu terkenal dll. Blank. Nol besar. Kenapa? Ya, karena memang Merry lebih terkenal di negeri seberang Singapore, tempatnya menuntut ilmu dan menghantarkannya menjadi milyarder, dibanding di Indonesia tanah kelahirannya.
Perkenalan saya dengan Merry terjadi secara tak sengaja. Ini berawal dari suatu hari, saya tak sengaja mendapati sebuah buku cukup tebal di atas meja Mas Imam, rekan Humas saya di sekolah. Mas Imam ini terkenal kutu buku. Buku apapun dia lahap. Termasuk novel, sains, terutama biografi tokoh besar. Tokoh idolanya sampai sekarang adalah Dahlan Iskan, tapi entah mengapa, Mas Imam selalu thypo menyebut namanya menjadi Dahlan Iskak. Emangnya pelawak? Ha ha.
Buku itu bertitel “Merry Riana, True Story, Mimpi Sejuta Dollar, Sebuah Kisah Perjuangan yang Sangat Menggugah, dari Mahasiswi Berkantong Pas-Pasan hingga Bisa Meraih Penghasilan 1 Juta Dollar di Usia 26 Tahun!” Cukup panjang ya judulnya. He He.
Ada banyak mutiara yang bisa kita petik dari buku karangan Alberthine Endah ini. Beliau adalah seorang Sarjana Sastra Belanda Universitas Indonesia yang telah menghasilkan novel bestseller. Dan saat ini beliau sedang fokus menggarap biografi tokoh besar di Indonesia. Di antara biografi tokoh yang sudah beliau tulis itu antara lain: Krisdayanti, Raam Punjabi, Venna Melinda, Anne Avantie, Titiek Puspa, Chrisye, Yenny Rahman, Probosutedjo & Ibu Ani Yudhoyono.
Buku Merry Riana ini terdiri atas 343 halaman dan disajikan dengan bahasa orang pertama, sehingga para pembaca akan tergiring seakan-akan yang berbicara di buku ini adalah Merry Riana sendiri. Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama ini termasuk bestseller, bahkan banyak seminar bermunculan seiring dengan dilaunchingnya buku ini di pasaran.
Menurut saya, buku ini sangat amat layak dibaca, bagi siapapun yang tertarik menggeluti bisnis, yang sedang terjun di dunia motivator, atau siapapun yang kebetulan ingin melihat lebih dekat dunia kuliah di NTU sekaligus program beasiswanya.
Supaya lebih jelas, berikut intisari buku yang termasuk menjadi buku favorit saya ini. Selamat menikmati.
1.       Merry Riana dilahirkan dari keluarga etnis keturunan. Mempunyai 2 orang adik Aris & Erick.
2.       Merry Riana lulus dari SMA Katolik Santa Ursula dan berniat melanjutkan kuliah ke Trisakti.
3.       Saat itu bertepatan dengan kerusuhan Mei 1998. Keluarga Merry terancam karena mereka adalah etnis Tionghoa. Rencana kuliah di Trisakti berantakan.
4.       Ayah Merry, Ir. Suanto Sosrosaputro, adalah Sarjana Teknik Elektro ITB, kemudian berlanjut menjadi dosen di sana. Setelah itu bekerja di perusahaan elektronik Perancis sebelum akhirnya banting stir membuka toko elektronik kecil-kecilan (keluar dari kantor karena persaingan tak sehat dengan rekan kerjanya).
5.       Ayah Merry, demi menjaga keselamatan Merry, memutuskan Merry supaya kuliah di NTU Singapore dengan cara meminjam di Bank Singapore.
6.       Keluarga Merry sempat merasakan kehidupan yang mapan ketika ayahnya bekerja di perusahaan Perancis tersebut.
7.       Ayah Merry mendapat fasilitas mobil dari kantor yang dilengkapi telepon, dan secara teratur bisa berlibur ke Sumatra, Bali, Australia & Singapore.
8.       SMA Santa Ursula tempat Merry belajar secara rutin didatangi NTU. Mereka melakukan presentasi tiap tahun & mengajak alumni Santa Ursula untuk kuliah di Singapore.
9.       Kampus NTU ini terkenal dengan disiplinnya yang ketat & dosen-dosennya yang luar biasa.
10.   NTU menyediakan fasilitas kredit bagi beaya pendidikan beevelopment Bank of Singapore, dengan demikian, mahasiswa Indonesia yang kuliah di sana tidak perlu pusing memikirkan beaya awal.
11.   Utang di DBS bisa dicicil setelah mahasiswa lulus & bisa bekerja.
12.   Jumlah utang yang diberikan saat itu sekitar 300 juta rupiah atau 40 ribu dolar Singapura.
13.   NTU juga tidak menerapkan standar TOEFL karena di kampus tersebut disediakan sarana khusus & agenda yang ketat untuk belajar Bahasa Inggris dengan cepat.
14.   Merry berangkat ke NTU dengan beberapa temannya dari Santa Ursula. Rata-rata siswa Tionghoa memang eksodus kuliah di luar negeri. Kebanyakan ke NTU karena Singapore lebih dekat & murah. Yang menengah ke atas lebih memilih kuliah ke Australia bahkan Amerika.
15.   Merry berangkat ke Singapura pada bulan Juli saat usianya menginjak 18 tahun, dengan bekal ala kadarnya, mi instan, pasta gigi, deterjen, sabun mandi, gula, teh bahkan CPU semua dijejalkan ke dalam kopor.
16.   Beberapa teman Merry yang cukup kaya bahkan di antar orangtuanya sampai ke Singapura & merencanakan berbelanja kebutuhan asrama di Singapura.
17.   Merry mengaku lulus SMA dengan bekal Bahasa Inggris yang pas-pasan. Ini bisa menjadi masalah, karena meskipun bisa mengikuti layanan pengajaran Bahasa Inggris bagi mahasiswa asing di NTU, tapi bila berkali-kali gagal dalam ujian Bahasa Inggris maka kuliah tidak bisa dilanjutkan.
18.   Untuk membiayai keberangkatan Merry ke Singapura, mama Merry, Ibu Lynda Sanian, sampai harus mencairkan dana asuransi pendidikan sebelum waktunya karena butuh beaya banyak.
19.   Merry tiba di Singapura dengan disambut pemandangan indah Jurong West & keanggunan kampus NTU yang megah.
20.   Merry memakan makanan Singapuranya yang pertama, nasi goreng polos, seharga 2 dolar Singapura atau 20 ribu rupiah. Merry sangat bersedih harus membuang uang sebanyak itu.
21.   Merry menjalani pagi hari pertamanya di Singapura dengan sebungkus mi instan pertamanya.
22.   Hari ke 2 itu Merry akan mengurus peminjaman kredit ke DBS, sebelumnya dia harus meminta tanda tangan jaminan hutang dari 2 orang senior di NTU.
23.    Merry menndatangani berkas dokumen peminjaman di DBS. Dalam dokumen tersebut tertera bahwa Merry akan mendapat pinjaman sebesar 300 juta rupiah dalam kurs Singapura.
24.   Uang sejumlah itu akan digunakan untuk pembayaran kuliah sampai lulus, biaya sewa asrama dan uang saku
25.   Beaya sewa asrama dan uang saku diberikan setiap 6 bulan, sebesar 1.500 dolar.
26.   Itu artinya, Merry harus membagi 1.500 dolar menjadi 6 bulan, atau 250 dolar perbulan
27.   Dengan jatah 250 dolar perbulan, berarti Merry harus membayar beaya sewa asrama 180 dolar, beaya buku 30 dolar, sisa 40 dolar untuk uang saku sebulan. Atau 1,5 dolar per hari
28.   Itu artinya Merry harus pintar-pintar menghemat uang 10 dolar seminggu / 1,5 dolarnya setiap hari dan harus membaginya untuk makan selama 3 x! Padahal harga sepiring nasi goreng polos adalah 2 dolar!
29.   Di NTU, Merry mengambil jurusan EEE atau Electrical & Electronic Engineering.
30.   Pihak fakultas memberitahu mahasiswanya daftar buku yang diperlukan untuk kuliah, namun harga buku-buku itu sangat tidak masuk akal bagi isi dompet Merry. Sedangkan Merry sendiri menegaskan bahwa pembelian buku adalah prioritas pertama. Merry gundah bukan kepayang. Dia tak bisa makan layak & tak bisa juga membeli buku.
31.   Keluarga Merry di Indonesia tidak tahu sama sekali dengan kondisi Merry. Mereka juga sama sedang prihatin, namun tak pernah terbayangkan Merry harus hidup lebih susah di negeri orang. Bahkan Elaine, teman sekamar asrama Merry yang juga lulusan Santa Ursula juga tidak tahu keadaan Merry.
32.   Malam itu Merry kembali makan dengan mi instan, dia harus berhemat.
33.   Mahasiswa asing di NTU kebanyakan adalah Indonesia, India & China. Selebihnya Vietnam & Malaysia.
34.   Para dosen NTU juga kebanyakan berasal dari China & India dengan pelafalan Bahasa Inggris yang sulit dimengerti.
35.   Aktivitas kuliah di NTU sangat keras. Jadwal kuliah & sistem ujian periodiknya sangat berat. Hampir setiap hari ada tugas & ujian. Jam kuliah berlangsung dari pagi hingga sore hari.
36.   Merry mengatur jatah makannya sebagai berikut. Pada setiap akhir pekan dia pergi ke ATM, mengambil 10 dolar. Kemudian dia membeli roti tawar besar untuk menjadi bekal makan siangnya setiap hari. Malam hari & pagi hari Merry hanya makan mie instan, bahkan terkadang tak makan!
37.   Untuk penghematan lainnya, Merry juga memilih berjalan kaki ke kampus. Memilih fotokopi daripada membeli buku.
38.   Merry juga harus mati-matian bersandiwara saat harus tidak memesan makanan ketika bersama teman-temannya berdiskusi di kantin. Atau bahkan melawan gairah masa mudanya untuk berbelanja bersama teman-temannya di pusat kota Singapura.
39.   Saat-saat Merry berjuang sendirian melawan jeratan keuangan itu, Tuhan mengirimkan seorang teman, yang kelak menjadi suaminya tercinta, Alva Tjenderasa. Mereka bertemu secara tak sengaja di pusat pendalaman agama Katholik di kampus mereka.
40.   Alva sendiri tadinya hendak meneruskan studi ke Amerika, namun karena krismon melanda, dia memindahkan tujuan studi ke NTU. Alva mengambil jurusan ilmu teknik mesin.
41.   Alva juga tidak berasal dari keluarga yang berada. Untuk menghemat pengeluaran di NTU, Alva memilih untuk tidak membeli buku. Dia mensiasati materi kuliah dengan meminjam buku, atau berpatungan membeli buku dengan temannya. Caranya? Mereka membelah buku yang dibeli patungan menjadi 2!
42.   Satu tahun berlalu, dan beban kuliah Merry & Alva mulai berkurang. Dan mereka sampai di masa liburan semester. Merry mulai memutuskan untuk merubah hidupnya. Dia harus bekerja.
43.   Pekerjaan pertama Merry adalah menjadi pembagi brosur sebuah kantor biro jodoh di jalan-jalan kota Singapura. Upahnya 3-5 dolar per jam. Dengan target  bekerja 8 jam sehari maka Merry akan mendapat 25 dolar sehari. Atau 175 dolar seminggu. Sangat besar sekali pencapaiannya untuk ukurannya yang sebelumnya harus hidup dengan 10 dolar seminggu. Merry pun menargetkan bisa menabung hingga 15 dolar per hari.
44.   Hari pertama Merry bekerja sebagai pembagi brosur sangatlah berat. Dia harus berhadapan dengan orang yang acuh tak acuh. Disengat matahari. Dan harus berdiri berjam-jam. Hari itu Merry mendapat gaji pertamanya, 15 dolar untuk membagi brosur selama 5 jam.
45.   Merry mencicipi hasil kerja kerasnya siang itu dengan membeli segelas kopi enak dan menyantap nasi berlauk daging di sebuah kedai di Tanjong Pagar. Dia sangat puas dan terus menerus tersenyum sambil mengunyah menu makan istimewanya itu.
46.   Hari demi hari dilalui Merry dengan menjadi pembagi brosur. Dan dia harus berjuang melawan rasa penat, letih & bosan.
47.   Hari itu bertepatan dengan hari ulang tahun Merry. Diapun masih berkutat dengan pekerjaannya membagi brosur di jalanan. Tak ada keluarga, teman yang memberikan selamat ultah padanya. Dia protes, mengapa di hari yang istimewa ini dia harus berdiri berpanas-panas membagi brosur. Dia capek dan marah. Sampai kemudian dia mendapat hadiah yang tak disangka-sangka dari Tuhan. Dia bertemu Jamie Aditya si VJ MTV! Dan Jamie pun berkenan memebrikan hadiah yang luar biasa bagi Merry. Sebuah ucapan selamat ulang tahun, lengkap dengan tanda tangannya!
48.   Alva sangat mengagumi motivator Anthony Robbins dengan bukunya Unlimitted Power & Awaken the Giant Within. Dan Merrypun ketularan, mereka sangat excited dengan hal-hal yang berbau semangat & motivasi.
49.    Pada tahun 2000, Merry berpindah menjadi pembagi brosur kios laundry. Disini, Merry akan mendapatkan upah 50 dolar sehari dengan bekerja 6-8 jam. Jauh lebih baik dari pekerjaan sebelumnya dimana Merry hanya mengumpulkan 15 dolar sehari.  Sangat bersemangat.
50.   Namun nahas, di hari pertama Merry bekerja, dia tertidur, bahkan dipergoki sendiri oleh sang pemilik laundry, namanya Mr. Kenny. Dari sini perkenalan mereka terjadi & Merry ditawari untuk bekerja di florist milik adik sang pemilik laundry.
51.   Disini Merry juga mendapat tugas tambahan. Selain membersihkan bunga, Merry juga harus berkeliling kantor untuk membagi brosur florist & meminta kartu nama calon pelanggan.
52.   Selain menjadi florist, Merry juga nyambi kerja sebagai pelayan restoran. Ongosnya 25 dolar semalam.
53.   Sebagai pelayan, tugas Merry adalah membawakan menu pesanan & membersihkan meja.
54.   Tak semua pekerjaan yang digeluti Merry beruntung, suatu ketika Merry harus tertipu mentah-mentah di bisnis investasi
55.   Bisnis itu adalah MLM bernama Success Forever dimana peserta minimal berinvestasi 200 dolar yang dijanjikan tak akan hilang, bahkan terus berkembang, dari situ muncul kode akses atau password. Dari password tersebut maka peserta akan bisa mengakses sistem menuju langkah-langkah sukses. Tapi ternyata kantor itu dihari berikutnya tutup dan meninggalkan para korbannya.
56.   Masa prihatin Merry mulai berkurang saat kuliahnya memasuki semester 6, dimana Merry diberi kesempatan untuk magang sebagai salah satu program NTU bekerjasama dengan perusahaan besar di sana.
57.   Merry memilih magang di perusahaansemikonduktor dari Amerika, Micron Semiconductor Pte. Ltd. Perusahaan ini memberi juga gaji magang sebesar 750 dolar per bulan.
58.   Perusahaan itu juga menawarkan beasiswa bagi mahasiswa magang, yaitu dengan membayarkan 25% dari total biaya kuliah, ada ujian wawancaranya, namun Merry gagal.
59.   Merry & Alva juga diberi sebuah anugerah manakala Anthony Robbins, motivator idola mereka akan menggelar seminar di Singapura selama 4 hari berturut-turut. Tiketnya cukup mencekik leher, 1.250 dolar per orang. Setelah berembuk keras selama 2 jam, Merry & Alva memutuskan untuk mengikutinya. Mereka sempat khawatir juga ketika menyerahkan uang sebesar itu kepada petugas seminar. Mereka khawatir tertipu lagi seperti dengan perusahaan MLM. Akhirnya mereka memutuskan percaya. Dan terbukti, mereka tidak ditipu kali ini.
60.   Seminar itu berlangsung selama 4 hari di Singapore expo dan dihadiri 5000 orang.
61.   Seminar itu sangat dahsyat. Semua peserta dibuat berkobar-kobar semangatnya. Di hari ke 3 Merry tak terkendali, di tengah seminar dia tiba-tiba berlari menerobos kursi penonton menuju panggung. Dia ingin bersalaman & berfoto bersama idolanya. Sempat terhalang oleh bodyguard, Merry akhirnya berhasil berfoto bersama Alva dengan idola mereka di masa break seminar. Selamat!
62.   Jiwa bisnis Merry & Alva semakin terasah. Di masa-masa mahasiswa NTU dalam penulisan skripsi, mereka berdua menawarkan fotokopi & penjilidan skripsi dengan harga yang lebih murah dari biasanya. Teman-temannya setuju namun akhirnya mereka berdua kesulitan mencari tempat penjilidan yang termurah. Mereka sulit bersaing dengan pemain lama. Penjilidan skripsi gagal.
63.   Mereka berdua kemudian merambah bisnis MLM herbal Tianshi. Mereka ingin menjadi perwakilan Tianshi Indonesia pertama di Indonesia. Mereka berdua berpromosi mencari pelanggan dan berhasil. Mereka pun sempat pulang ke Indonesia untuk membeli produk-produk Tianshi. Tapi akhirnya bisnis mereka mandek. Tianshi Indonesia membatalkan ekspansi bisnis mereka ke Singapura.
64.   Pengalaman pahit mereka ternyata tidak berhenti. Saat mereka memutuskan terjun ke jual beli saham. Dalam kurun waktu 4 minggu saja mereka sudah rugi 10.000 dolar!
65.   Merry dan Alva kemudian lulus dan diwisuda di tahun 2002. Hari bahagia itupun berlanjut dengan misa pertunangan mereka di gereja St. Francis Asisi di Jurong West.
66.   Setelah lulus, Merry & Alva memutuskan tetap tinggal di Singapura. Bersama beberapa teman-temannya mereka patungan menyewa sebuah apartemen sederhana.
67.     Berbeda dengan kebanyakan teman-temannya, Merry & Alva memutuskan untuk tidak menjadi pekerja kantoran. Mereka berdua mantap berbisnis. Meskipun menjadi ejekan dari teman-temannya. Mama Merry bahkan sempat menangis saat Merry mengutarakan niatnya.
68.   Merry & Alva kemudian memutuskn untuk menjadi sales produk finasial atau Financial Consultant. Setelah ditolak di 3 perusahaan, akhirnya mereka diterima sebagai sales Prudential.
69.   Merry & Alva memutuskan bekerja sebagai tim. Mereka bekerja bersama-sama.
70.   Prinsip kerja dasar sales adalah menghibungi orang. Mereka ditugaskan menelpon 100 orang tiap hari. Dari 100 orang tersebut kemungkinan ada 1 orang yang mau bertemu untuk mendengarkan presentasi. Menurut sang manajer pula, dari 3 orang yang mau bertemu akan ada 1 orang yang deal. Artinya untuk mendapatkan 1 orang yang deal Merry harus menelpon 300 orang!
71.   Dua minggu berselang, dan dari beratus-ratus orang yang ditelepon, hanya 1 orang yang deal.
72.   Mereka berdiskusi dan akhirnya memutuskan bahwa sistem menelepon tidaklah efektif. Dan mereka memutuskan untuk bekerja diluar kantor.
73.   Merry & Alva memutuskan untuk presentasi dari rumah ke rumah, bahkan ke NTU. Tapi hasilnya tidak memuaskan.
74.   3 bulan berlalu & tidak ada perkembangan berarti bagi Merry & Alva.
75.   Akhirnya mereka memutuskan untuk berjualan di jalanan. Hal ini sangat efektif karena kultur di Singapura juga mendukung. Orang-orang disana berjalan ke mana-mana.
76.   Menjual sebuah produk dengan menyetop orang-orang yang berjalan cepat bukanlah perkara mudah. Belum lagi bahasa Inggris Merry tidak terlalu bagus. Hari pertama berjualan di jalan, Merry menangis. Dan tak ada 1 orangpun yang tertarik mendengarkan presentasi.
77.   Merry dan Alva memutar otak. Mereka memutuskan pindah lokasi ke mall namun nihil. Orang-orangnya sama sibuknya seperti di stasiun MRT.
78.   Akhirnya mereka berdua menemukan tempat yang cocok: halte bus. Disini orang-orang lebih rileks dan santai. Merry pun mengakali tempat presentasi di Mc Donald. Berhasil. 1 demi 1 klien membubuhkan tanda tangannya.
79.   Selain halte bus, tempat strategis berikutnya adalah stasiun kereta api. Disini mereka sebenarnya bertemu dengan kalangan menengah ke bawah. Namun justru mereka sangat perhatian terhadap masa depan finansial mereka. Merry & Alva mulai memanen sukses mereka.
80.   Merry & Alva bekerja 24 jam dari pagi hingga malam hari. Mereka hanya istirahat untuk makan sebentar. Itupun jajan mereka sangatlah irit.
81.   Masalah mulai muncul ketika mama Merry mengetahui pekerjaan putri sulungnya di Singapore yang hanya bekerja sebagai sales. Merry berjanji pada mamanya bahwa bila dalam 3 bulan ia belum berhasil maka Merry akan mendaftar kerja di perusahaan.
82.   Merry juga harus segera melunasi hutang kuliahnya di NTU. Dia sudah berjanji pada dirinya untuk tidak meminta uang pelunasan dari mama papanya.
83.   Target Merry & Alva yang terakhir adalah sukses di usia muda & membahagiakan keluarga. Oleh karena itu mereka semakin semangat melakukan presentasi.
84.   Target Merry di bidang asuransi ini adalah mencapai angka 100.000 dolar per tahun dari total nilai investasi klien-kliennya demi mencapai level manajer. Dan ini tidak mudah. Sangat tidak mudah. Apalagi target pada mamanya hanya 3 bulan! Bayangkan!
85.   Alva menerapkan kedisiplinan ekstra keras: yaitu 20 presentasi setiap hari. Sebab dari pengalaman terlihat, dalam 20 kali presentasi 5 orang tampak menunjukkan keseriusan. Dari 5 orang itu, 3 orang bersedia bertemu kembali untuk diprospek. Dan dari 3 orang itu, 1 orang akhirnya deal.
86.   Bulan Desember 2002 nilai investasi Merry telah mencapai 75 ribu dollar. Masih kurang 2 minggu lagi dan dia harus mencapai target 100.000 dolar.
87.   Mukjizat bagi Merry terjadi saat dia mendekati seorang wanita berusia 60 tahunan untuk diprospek. Mulanya Merry agak ragu karena dia biasanya memprospek pelanggan yang berusia muda.
88.   Ternyata wanita tua itu tadi baru cair depositonya. Dan dia sedang bingung hendak dikemanakan depositonya. Dan dia akhirnya memutuskan mengambil program finasial Merry. Nilainya: 100.000 dolar cash! Target Merry tercapai. Lebih bahkan. Dia menjadi Manajer! Syaratnya mudah dia harus mempertahankan nilai investasi itu 2 tahun berturut-turut.
89.   Merry tercatat menjadi sales pada bulan Oktober 2002. Dan dalam waktu 3 bulan dia bisa mewujudkan mimpinya.
90.   Bulan April 2003 Merry membayar sendiri hutang kuliah NTU nya senilai 40.000 dolar.
91.   Bulan Juli 2003 Merry mengajak kedua orangtuanya berlibur ke Korea Selatan. Tentunya dengan uang hasil jerih payah Merry sendiri. Merry menangis melihat kebahagian kedua orangtuanya disana.
92.     Desember 2003 pencapaian investasi Merry mencapai 900.000 dolar. Karena cukup fantastis untuk seukuran sales muda, Merry diundang Star Club berlibur sekaligus mengikuti konferensi di San Fransisco & Roma Italia.
93.   Tahun 2004 Merry didaulat menjadi presiden Star Club dikarenakan penghasilan tetap yang dia dapatkan mencapai 1 milyar rupiah lebih per tahun. Pengangkatan Merry sebagai presiden Star Club dilakukan di Gold Coast Australia. Seorang presiden termuda sepanjang sejarah dengan usia 24 tahun!
94.    17 Juli 2004 Merry dan Alva resmi menikah di Grand Copthorne Hotel Singapura.
95.   Tahun 2006 Merry meraup penghasilan 1 juta dolar & dinobatkan sebagai profesional muda dengan penghasilan besar di Singapura. Selamat Merry!!

Itulah sekelumit kisah tentang Merry Riana dan kesuksesannya. Jika saat ini, sekarang ini, hari ini anda sedang merasa gagal lihatlah kegagalan Merry Riana. Jika anda sedang merasa letih, lihatlah keletihan Merry Riana. Jika saat ini anda sedang malu dengan pekerjaan anda, lihatlah keteguhan hati Merry Riana. Bersemangatlah. Karena saya yakin, anda dan saya, belum ada apa-apanya dibadingkan dengan perjuangan, keletihan, & semangat seorang gadis muda bernama Merry Riana. Salam sukses!!

“You can take me out from Indonesia, but you can never take Indonesia out from me”
                                                                                                                       Merry Riana