Senin, 26 Maret 2012

kekuatan karya sastra: karena novel Negeri 5 Menara saya menjadi penggemar sambal!

dear friends,
sekedar informasi, saya pernah divonis dokter terkena typhus. sebagaimana yang dialami penderitanya, setelah keluar dari rumah sakit dokter mewanti2 wanti dengan keras: no mie ayam, saos tomat apalagi sambal! (dikarenakan usus ada yang luka sehingga mudah kambuh).
dasar saya yang bandel, untuk mie ayam (otomatis bersama saos tomatnya) masih sulit saya tinggalkan (meskipun akhir2 ini saya kembali ke menu favorit sy waktu SD: Bakso!). salah satu sodara yang juga gemar melahap mie ayam pernah kasih nasehat menyesatkan: kalo sakit typhus, mie ayamnya stop dulu, begitu sembuh makan lagi hahaha.
untuk larangan yang ketiga, yakni sambal, sebetulnya tidak terlalu susah. yang pertama saya punya riwayat typhus, yang kedua setiap kepedasan karena sambal sekujur pipi saya langsung kesemutan! iya kesemutan! aneh memang, kesemutan bisa menyerah wajah. saat indikasi itu terjadi saya bisa seperti orang mabok, mata melotot kekanan kiri, bibir menebal, pipi merona merah & sekujur wajah seakan dicabik2 ribuan jarum! sekaligus mata sembab seperti anak gadis yg baru patah hati.
dan alasan yang ketiga adalah karena saya tidak suka sambal! ibu saya sendiri adalah penggemar fanatik sambal, tak jarang saya berlari ke kamar mandi setiap menyantap masakan ibu. tak peduli itu sayur, tumis, gorengan, semuanya pedas!
Nah teman, ini yang ajaib, seminggu ini sejarah hidup saya berubah. saya yang selama ini paling neg dengan cabe dan sebangsanya mendadak berganti: saya menjadi penggemar sambal!
keajaiban itu bermula tidak lain dan tidak bukan adalah karena sebuah novel. tepatnya Negeri 5 Menara. 
sewaktu saya SD komik kegemaran saya adalah Lima Sekawan. dalam kisah-kisah mereka sering digambarkan dengan dahsyat bagimana, misalnya, ketika Lima Sekawan pergi berpiknik, mereka menyantap sosis dengan roti, apple pie, telor dadar dll. saya bisa berliur-liur tatkala membaca kisah mereka haha.
ada juga komik bergambar Donald Bebek yang sempat saya ingat betul, ceritanya Donald ikut program isolasi super ketat bagi para pasien diet makanan. lengkap dengan penjaga berpentung dll. dasar Donald yang bandel, maka dia mencuri2 kesempatan untuk memanggang sosis & goreng telor. tatkala beberapa pasien mengintip aktifitas Donald, maka pasien2 itu berebut memesan makanan pada Donald, lengkap dengan ekspresi lidah menjulur dan segepok dolar ditangan mereka. Donald kaya mendadak. dan yang jadi surprise semenjak saat itu menu favorit saya adalah sosis & telor goreng :)
sama dengan Lima Sekawan & Donald Duck, Negeri 5 Menara memberikan efek sugestif yang kuat pada diri saya (terutama soal makanan he). itulah kekuatan karya sastra, ia memberikan halusinasi, imajinasi, membujuk, memanipulasi, serta provokasi. itulah mengapa karya sastra yang baik adalah yang memberikan efek positif. karena bagaikan zat aditif, para pembacanya akan lebih mudah tergiring & berfantasi dari bahan bacaannya. 
dan itu pula yang terjadi pada saya, sekarang saya menjadi Sambal Hunter setiap hari. setiap jam makan saya selalu bertanya: Bunda, sambalnya mana? dan ketika sambal yang dsajikan istri saya panas-panas dalam cobek sudah terhidang....maka bismilahirrahmanirrahim...wusss tangan ini seakan menjadi liar meraup isi piring saya, bergantian: nasi, sambal, lauk. haha
apabila sambal istimewa istri saya ini sudah terhidang (saya menebutnya sambal istirahat-diambil dari novel Negeri 5 Menara), wow piring ini seakan takcukup menahan gundukan nasi yang bergoyang2. setelah itu plok-plok, gundukan sambal berair yang meletup2 panas membuat liur saya beterbangan haha.
ada logika aneh setiap saya makan sambal istirahat ini, sambal akan semakin sedap manakala nasinya lebih banyak dan lauk lebih sedikit. itulah mengapa setiap saya makan nasi sambal ini, tak rewel saya dalam meminta lauk, tahu tempe kerupuk-pun sudah lebih dari cukup, tapi jangan salah: minimal saya habis 2 piring nasi porsi besar!
well itu saja yang ingin saya bagi sore ini, semoga terhibur dan sebagai penutup saya cuplikkan petikan dalam novel Negeri 5 Menara yang membuat saya menjadi Sambal Holic ! :) selamat menikmati:
  
"Sebetulnya ada menu yang hebat lagi selain hari Jumat. hanya ada di hari biasa, di jam istirahat pertama, bagi kami yang tidak sempat makan pagi. kami di PM menyebutnya salathah rohah, atau sambal istirahat. apa yang membuatnya sangat fenomenal? penampilan sambalnya bersahaja saja. campuran cabe merah dan hijau yang digiling kasar, bersatu di dalam cairan minyak yang berlinang-linang kehijau-hijauan. tapi begitu disendokkan mbok dapur ke piring kami, wangi cabe yang meruap-ruap langsung menawan saraf-saraf lidah. air liur rasanya mencair di dalam mulut.
Begitu duduk di meja, tangan kami berlomba menyuap nasi. Nyusss...pedasnya terasa menyerang sampai ubun-ubunku, tapi enaknya membuat kami melayang. keringat mengalir dari muka kami yang merah. dengan modal sesendok sambal ini, kamibisa makan bagai kesurupan dan gampang saja menandaskan 2-3 piring nasi. rasanya dahsyat sampai jilatan terakhir. tapi setelah itu kami akan berlari terbirit-birit ke keran air minum, menyiram mulut dan muka yang kebakaran salathah". (Negeri 5 Menara hal: 122)

Bagaimana? anda tiba2 lapar dan ingin meraup sambal haha 

NB: sejak saat ini usai menyantap sambal pipi saya sdh takpernah lagi kesemutan, ajaib bukan :)
Bakso Malang asli :)


Jumat, 02 Maret 2012

Mengkudeta Wewenang

Tulisan saya kali ini mencoba mengkritisi bagaimana sebagian dari saudara-saudara kita diluar sana yang tiba-tiba tanpa 'sebuah pendelegasian' merasa berhak untuk memutuskan sesuatu yang pada dasarnya bukan menjadi wewenangnya.
Sebagai sekolah yang baru berdiri, maka wajar bagi sekolah saya untuk melakukan promo, cuci gudang menawarkan beasiswa pada para calon siswa kemana-mana.
Bertitel Sekolah Internasional dengan seabrek prestasi nasional & internasional, fasilitas multimedia, bilingual program, laboratorium modern, buku-buku impor, serta dukungan staf pengajar asing, maka tak ayal sekolah kami ini menjadi serbuan para 'penyadar mutu'. 
Orang-orang tersebut sadar, dengan fasilitas sekolah yang serba wah yang kami tawarkan menjadi jaminan kenyamanan belajar bagi putranya sekaligus sebagai investasi yang menjanjikan untuk masa depan anak-anak mereka.
Sayangnya jumlah orang-orang yang sadar mutu ini sendiri masih bisa dihitung dengan jari. mereka kebanyakan didominasi oleh keluarga yang melek teknologi, visinya jauh ke depan, ambisius, sekaligus berduit.
Mereka, keluarga menengah ke atas ini, rela merogoh kantungnya dalam-dalam demi mewujudkan impian mereka untuk sebuah investasi yang menurut sebagian kalangan - yang masih belum melek kemajuan - adalah sebuah tindakan sia-sia, berlebih atau bahkan mubazir.
Kalangan yang kedua ini beranggapan bahwa sekolah tak perlu mahal. yang penting bisa sekolah, lulus, kuliah (kalo ditrima di PT) dan bekerja (kalo dtrima kerja).
Ada juga kalangan ketiga, ini yang paling aneh menurut saya, mereka beranggapan bahwa tidak akan ada masanya bagi sekolah baru -seperti sekolah saya- untuk bisa diterima di masyarakat.
Mereka beranggapan bahwa sekolah favorit itu berinisial angka 1,2 atau 3. SMP 1, SMA 1 begitu seterusnya. Meskipun anda memberondong mereka dengan seabreg presentasi prestisius, membawa piala-piala kejuaraan dunia yang diraih sekolah anda, maupun guru asing kehadapan mereka, mereka hanya akan mengulum bibir, menggeleng pelan, sedikit memejamkan mata sambil bergumam pendek: "Maaf, tidak tertarik" :)
Seperti kejadian baru-baru ini, kami berputar putar di sekitar wilayah Surakarta untuk mempromokan sekolah kami, tak cukup disitu, kamipun menawarkan beasiswa berprestasi serta beasiswa kerjasama sekolah kepada mereka. ada yang tertarik & follow up, ada pula yang menolak.
Yang menjadi keheranan terbesar saya adalah manakala beasiswa yang seharusnya menjadi menjadi hak anak, terkadang sudah awal-awal dikebiri oleh sekolah, entah itu guru BK atau siapa. jawaban mereka pendek: "Anak tidak tertarik.." hah?! bagaimana mereka bisa tidak tertarik? mendengarkan & melihat presentasi kami saja belum. Ini yang aneh...sekolah menghalang-halangi hak siswa untuk menerima info seluas-luasnya tentang sekolah lanjutan mereka.
Ini soal masa depan anak, tapi oknum sekolah seakan bertindak seperti orangtua kandung mereka, bahkan saya yakin jika kami diberi kesempatan untuk bertemu dengan orangtua siswa, mereka akan menjawab lain.
Ada juga kejadian kami hendak bertemu kepala sekolah, seorang satpam bisa dengan mudahnya menolak kami. ini beasiswa untuk anak, sekolahpun hanya pihak perantara..lha ini satpam sekolah malah bertindak melampaui wewenangnya. mengebiri hak anak, mengkudeta wewenang mereka.
Pertanyaan logis sebenarnya untuk mereka: jika mereka -pihak-pihak yang menghalangi beasiswa untuk siswa- berani memposisikan diri seakan orangtua sang siswa, maka pertanyaan saya: apakah mereka juga sanggup membiayai pendidikan siswa tersebut? mengantarkan mereka hingga bangku kuliah? seperti yang selama ini sekolah kami lakukan? anda bisa menebak sendiri jawaban mereka
Pada akhirnya, saya hanya bisa bergumam: saya sudah menyampaikan. mereka sendiri yang memutuskan. jika mereka menyesal di kemudian hari (seperti pengalaman pihak2 yg sempat menolak dulu), maka itu menjadi konsekwensi keputusan mereka. saya hanya membantu, jika anda menolak bantuan saya pun saya tak rugi :)
Terus berkarya untuk kemajuan pendidikan Indonesia !
PRESENTASI DI SMPN 4 SURAKARTA


Kamis, 01 Maret 2012

Beasiswa Teacher Training Monbukagakusho 2012 ke Jepang


Pada hari senin 13 Februari 2012 yang lalu, saya berkesempatan untuk mengikuti program seleksi tes tertulis Teacher Training (Monbukagakusho) ke Jepang.


PENGUMUMAN PESERTA TES TERTULIS












Beasiswa pemerintah Jepang ini sangat mudah persyaratannya, apalagi ditambah dengan uang saku yang cukup wah selama tinggal di Jepang (1,5 tahun) click here
Mulailah saya berburu alamat Pusat Studi Jepang UI, cari penginapan, hingga hunting transportasi. akhirnya ketemu juga peta UI. untuk tempat menginap saya transit di rumah kakak di Bekasi, kemudian lanjut H-2 di rumah Om di Depok (sekitar 15 menit dari kampus UI Depok).
Perjuangan saya untuk mengikuti tes ini cukup berliku, mulai dari meminta izin GM sekolah saya, izin kepsek, izin ke BKD sampai yang terakhir izin ke Bupati Sragen (karena posisi saya sebagai PNS Kabupaten Sragen).
Untuk persiapan tes, saya melahap buku-buku Longman (Cutting Edge) hingga Barons TOEIC (tak sengaja nemu di almari buku kakak saya di Bekasi).
pergi ke Jakarta juga bukan tanpa pengorbanan, tercatat saya mengeluarkan ongkos pribadi untuk mengirim transportasi (Rosalia Indah Executive Solo-Bekasi PP), hingga harus meninggalkan istri & anak-anak tercinta. namun demi ikhtiar masa depan apapun harus saya tempuh.
Di tempat kakak & Om, saya habiskan waktu hanya dengan belajar & belajar. untuk hal yang satu ini saya terinspirasi dari siswa-siswa saya yang bisa belajar di SBBS sampai jam 2 pagi!
Hingga tibalah waktu ujian tiba. sebelumnya saya rajin googling materi ujian & seluk beluk Monbukagakusho, terutama dari blog ibu Murni Ramli click here hingga hunting buku belajar cepat Bahasa Jepang.
Tempat ujian siang itu (jam 13.30 wib), dipenuhi sekitar 250 kandidat. mereka terpilih dari ratusan aplicants yang lolos seleksi berkas administrasi.
SUASANA SETELAH UJIAN TULIS DI PUSAT STUDI JEPANG  UI DEPOK

Tes pun berlangsung cukup singkat, hanya 2 jam, tanpa Tes Bahasa Jepang (saya cukup surprise). selama tes, banyak soal yang cukup rumit. meskipun bagi guru Bahasa Inggris seperti saya. namun saya pede saja mengerjakannya.
kontestan di hari itu tidak cuma dari Jakarta /Jateng saja, namun ada juga peserta dari Medan & Padang. entah ini strategi untuk mensiasati kuota / apa.
Tes pun berakhir pukul 14.30 WIB & saya harus segera kembali ke Sragen untuk bergabung kembali dengan rekan-rekan di SBBS.
Sebelum pulang, Ibu lies (panitia) sempat mengatakan, pengumuman lolos tes wawancara 1 minggu sebelum tes wawancara. wawancara sendiri menurut beliau akan diadakan pada tanggal 6 Maret 2012, berarti pengumuman akan disampaikan sekitar akhir Februari 2012.
berdebar-debar saya menunggu pengumuman ini, apalagi sempat trauma juga ketika tes di Jakarta. tahun 2006 saya bersama istri sempat tes seleksi PNS DEPLU ke Jakarta. namun tidak lolos ke tahap berikutnya.
Saya & istri pun sudah merancang apa-apa yang harus kami lakukan ketika saya lolos ke Jepang. seperti sekolah SD untuk Salsa (anak 1 saya), istri tinggal dimana, sampai siapa yang nanti akan mengambil gaji bulanan PNS saya. bahkan saya berencana melepas Laptop saya untuk biaya mengurus visa dll (toh nanti bisa beli Apple Mac di jepang haha) :)
Hari Senin 27 Februari 2012 iseng-iseng saya membuka website kedubes Jepang. & saya terkejut karena ada link berjudul "Daftar Nama Peserta Wawancara Teacher Training 2012 new".
Hati saya berdegup kencang, dan ini pertanda tidak baik. karena biasanya kalo ada sesuatu yang tidak baik akan datang, biasanya insting saya langsung bekerja (pernah ketika mengendarari mobil di jalan raya wates tiba2 jantung saya berdegup sangat kencang, ternyata di ujung jalan ada polisi menyetop & menilang saya - karena menginjak marka)
Sewaktu ditelpon pihak Pusat Studi Jepang bahwa saya lolos menuju tes tertulis keadaan saya sangat tenang & santai, karena sudah yakin dapat insting baik, berbeda dengan insting saya kali ini.
Dan benar juga, ketika saya klik link tersebut click here, saya pelototi daftar nama yang lolos, nomor 1-16. dari atas sampai kebawah. tak percaya. maka saya ulangi lagi membaca dari atas. begitu terus. sampai akhirnya saya sadar, Alloh belum mengizinkan saya. kecewa & remuk pasti. namun tak bijak jika terus meratapi kegagalna. apalagi sampai menuduh yang tidak-tidak pada panitia (sempat juga bersuuzon astaghfirulloh). namun apa yang terjadi biarlah terjadi. saya tetap harus menerimanya. 
Pada akhirnya, selamat kepada para kontestan yang terpilih untuk tes wawancara di Kedubes Jepang hari selasa 16 Maret 2012 nanti. God be with u.
Untuk menutup cerita saya ini, saya hanya bisa mengambil 2 inspirasi:
1. Alloh pasti mengetahui jalan yang terbaik bagi saya, apapun itu
2. Mengutip dari mantan Rektor UNS yang pernah curhat seputar beliau gagal & teman sekelasnya gagal di ujian akhir kuliah. tapi beliau tetap berkhusnuzon pada Alloh. akhirnya di saat-saat terakhir teman-temannya tiba-tiba berhamburan ke kost beliau untuk mengabarkan, bahwa beliau satu-satunya mahasiswa yang lolos ujian (ada revisi). mungkinkah ini terjadi pada say? biar Alloh yang mengatur :)
at last well done for the candidates... & maju terus Guru Indonesia !!! 

NB: trima kasih tak terhingga untuk mas Danang, mbak heni, falah, alia di Bekasi juga om sam, istri, mbak ana, mas dullah, mas arif di Depok (yang rela mengantar saya jemput saya waktu ujian di UI Depok)...i love u all!


Rabu, 29 Februari 2012

GURU SI PITUNG VS GURU JAMES BOND


Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI) mulai digulirkan Pemerintah pada tahun 2006. Hingga kini, tahun 2012, sudah 1000 lebih sekolah RSBI dan SBI berdiri di Indonesia [tempo.com]. Konsep sekolah SBI & RSBI yang paling menonjol adalah program Bilingual & kelas multimedia berpendingin udara / Air Conditioner (AC).
Yang menarik untuk diperbincangkan mengenai program mercusuar Pemerintah ini adalah mengenai efektif tidaknya program SBI serta korelasinya dengan UU Sisdiknas.
Sebagai mana sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat, program SBI dirasa mulai bergeser tujuannya dari Sekolah Bertaraf Internasional menjadi Sekolah Bertarif Internasional, entah siapa yang mempopulerkan idiom ini, namun kenyataanya idiom tersebut sudah menjadi joke di antara orangtua siswa di seluruh Indonesia.
Pada kenyataannya sebenarnya tidak perlu menjadi perdebatan yang mubazir manakala program Pemerintah untuk mentransformasikan sekolah-sekolah di Indonesia menjadi sekolah berstandar Internasional tersebut dibarengi dengan sosialisasi yang fair serta melalui penjenjangan yang sabar & tidak terburu-buru, 
Sample kasus terakhir adalah penolakan orangtua siswa sebuah sekolah RSBI di Surakarta untuk membayar SPP bulanan sebesar Rp. 200.000/ bulan. Sang Kepala Sekolah berkilah bahwa langkah Manajemen Sekolah memberlakukan angka SPP baru di tahun 2012 tersebut sudah sepengetahuan Dinas Pendidikan setempat, apalagi menurut Beliau angka tersebut masih tergolong wajar untuk sebuah Sekolah RSBI.
Perwakilan orangtua juga tidak mau kalah, mereka berdalih bahwa kebijakan Top-Down tersebut tidak melalui sosialisasi terbuka. Alibi orangtua yang belum siap menghadapi ‘Tarif Internasional’? Silahkan ditafsirkan sendiri.
Persoalan berikutnya adalah mengenai Program Dwibahasa / Bilingual yaitu penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran di kelas. Untuk hal yang satu ini agak sulit untuk dikesampingkan karena semua negara di dunia sepakat untuk menggunakan Bahasa kaum Britania tersebut sebagai Bahasa rujukan Internasional.
Yang menjadi sumber benang kusut di Program Bilingual ini adalah minimnya angka partisipasi berbahasa Inggris aktif dari guru-guru di tanah air. Faktor tersebut berbanding lurus dengan tersendatnya transformasi materi dari guru kepada siswa. Alih-alih untuk membawakan materi pelajaran dalam bahasa Inggris, para guru Sekolah SBI/RSBI kini disibukkan dengan program Short Course Bahasa Inggris yang terpaksa menjadi agenda tambahan para Kepala Sekolah.
Kesibukan ‘dadakan’ untuk kursus cepat berbahasa Inggris itu sendiri tidak hanya menimpa para guru, para orangtua siswa yang anaknya ditempatkan di kelas-kelas Unggulan, Imersi maupun kelas Internasional juga harus mengeluarkan dana ekstra untuk me-leskan anaknya di Bimbel luar sekolah, hanya agar si anak tidak ketinggalan pelajaran Bilingual di sekolahnya. Pepatah jawa mengatakan Jer Basuki Mawa Bea, segala sesuatu memang membutuhkan pengorbanan.
Namun yang menarik adalah kasus yang terjadi di Kabupaten tetangga kota Solo, di sekolah RSBI tersebut materi pelajaran di pagi hari disampaikan dalam full Bahasa Inggris, namun siswa kembali masuk ke sekolah di sore harinya untuk mendapatkan ‘edisi terjemahan dalam Bahasa Indonesia’ dari pelajaran tadi pagi. Sebuah inovasi yang nampaknya dilatarbelakangi antara 2 hal: kebingungan atau keputusasaan sang Kepala Sekolah?
Kemudian beranjak ke persoalan kedua, yakni mengenai fasilitas. Sudah jamak diketahui bahwa sekolah SBI/RSBI menuntut dilengkapinya sarana prasarana yang modern & terkini. LCD proyektor, Ruangan ber-AC serta profil gurunya yang tiba-tiba latah untuk menenteng laptop kemana-mana seakan menjadi pemandangan umum di sekolah-sekolah tersebut. 
Sebenarnya konsep ruangan kelas yang ‘berbau’ komersil bukanlah hal yang baru. Ada kasus dimana sekolah (swasta) melelang kelasnya kepada para donatur. Misal kelas A disumbang oleh H.Abdul Qadir, maka kelas tersebut akan dinamakan kelas Abdul Qadir, yang kemungkinan akan bersanding dengan nama-nama semacam kelas Hj. Aminah atau kelas Prof. Mohamad Hata. Penulis tidak bisa membayangkan apabila kelas tersebut jatuh ke tangan para artis, mungkin kita akan menemukan sekolah dengan nama: kelas Azis Gagap, kelas Ayu Ting-Ting dll.
Kembali ke masalah fasilitas. Sebenarnya tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian sekolah SBI/RSBI tersebut berada di daerah, dalam artian tidak di kota besar. Maka bisa kita temukan sebuah cultural shock baru, tidak hanya bagi siswa, namun juga orangtua mereka. Mereka menjadi panik dengan tuntutan sang anak: Laptop baru buntut dari edaran sekolah (bahkan sampai ada juga sekolah yang menawarkan kredit Laptop). Di sekolah kami bahkan ada kasus dimana ortu siswa (berasal dari pedesaan di Madura), karena saking senangnya anaknya diterima di sekolah kami, mereka buru-buru menjual sapi harta keluarga meraka, demi untuk membeli Laptop terbaru untuk sang buah hati. Raut masam mereka segera tampak manakala kami menjelaskan bahwa di sekolah kami siswa dilarang membawa laptop!
Namun yang paling kentara dari sikap orangtua siswa sekolah SBI/RSBI adalah: mereka tidak terbiasa melihat angka-angka SPP yang membumbung tinggi. Disaat posisi mereka merasa terpojok seperti itu, dimana mau tidak mau mereka harus menuruti regulasi sekolah, maka tabiat pedagang mereka muncul: tidak mau rugi. Alhasil ekspektasi mereka pun dikatrol setinggi-tingginya. Mereka menuntut atmosfer Internasional di sekolah, menuduh sekolah belum siap menjadi SBI, menuntut guru-gurunya profesional, mensyaratkan anaknya menjadi pintar berbahasa Inggris dll. Ending cerita pun bisa ditebak: sekolah menjadi rentan terhadap teror dari wali siswa yang mengawasi mereka setiap harinya. Penulis kira kita semua sepakat, bahwa sekolah akan sulit berkembang manakala terlalu banyak intervensi dari wali siswa.
Masalah pengunder-estimatean biaya pendidikan di sekolah SBI/RSBI tentunya harus didiskusikan secara kepala dingin, bahkan lebih baik jika pihak sekolah dan wali murid duduk bersama untuk memecah kekakuan di antara mereka.
Tentunya perlu dijelaskan kepada orangtua siswa bahwa sesuatu yang baik (dalam hal ini pendidikan) belum tentu tidak boleh untuk dikomersilkan. Apabila pakem tersebut dipakai (kebaikan tidak boleh dikomersilkan) maka para penceramah kondang, guru agama, ustadz TPA serta pembaca Quran di hajatan pernikahan menjadi tertuduh yang pertama. Mereka bisa-bisa diberi stempel sebagai penjual agama. Mengkomersilkan kebaikan. Namun yang terjadi tidak demikian bukan? Karena sebuah kebaikan pun membutuhkan pengorbanan (biaya dll).
TEROBOSAN BARU
Tatkala sekolah SBI & RSBI bermunculan, sebenarnya mulai tahun 1995, sudah banyak sekolah Internasional (yang sesungguhnya) yang mulai masuk ke tanah air. Sekolah tersebut memang didirikan dari nol untuk menjadi sebuah Sekolah Internasional dan bukan merubah sebuah sekolah umum untuk disulap dalam semalam menjadi SBI/RSBI. 
Sekolah Internasional biasanya memakai tenaga kerja asing untuk ditempatkan di Indonesia. Mereka rata-rata berasal dari Amerika maupun Eropa. Dengan latar belakang bahasa ibu Bahasa Inggris, tentunya tidak ada kesulitan sedikitpun dari guru-guru asing tersebut untuk mengajar dalam Bahasa Inggris.
Guru-guru lokal sekolah Internasional tersebut juga diseleksi sejak dini dengan tes bahasa Inggris, micro teaching dll, sehingga sulit untuk menemukan angka partisipasi berbahasa Inggris yang rendah di antara mereka. Alhasil murid-muridnya pun fasih berbahasa bak bule bahkan ketika berkomunikasi dengan orangtuanya sekalipun ketika dirumah, mereka tetap memakai Bahasa Inggris. Kebanyakan yang menjadi siswa di sekolah ini antara lain anak-anak dari ekspatriat / duta besar negara asing yang kebetulan orangtuanya ditugaskan di Indonesia.
Kemudian masalah fasilitas, tentunya dengan sumbangan pundi-pundi wali siswa dalam range puluhan bahkan ratusan juta rupiah per siswa, maka tak heran Sekolah Internasional tersebut mampu membangun gedung yang megah serta fasilitas komplet di dalamnya. Bahkan ada Sekolah Internasional yang menyediakan ruangan Gym lengkap dengan alat-alat body building bagi para siswanya. Ada juga yang dilengkapi dengan private swimming pool, sarana Playstation bahkan meja biliar. Anda tertarik? 
Sekolah Internasional seakan menjadi tamparan telak bagi sekolah SBI/RSBI. Bagaimana tidak, dengan dukungan guru-guru asing, maka masalah pembelajaran Bilingual yang menjadi biang kerok kesemrawutan sekolah SBI/RSBI menjadi terpecahkan. Jika memang program Bilingual adalah program wajib di sekolah SBI/RSBI, maka bukankah lebih praktis & lebih efisien untuk mendatangkan tenaga kerja asing daripada menghambur-hamburkan uang, waktu & tenaga untuk menyulap (maaf) singkong menjadi keju dalam waktu semalam?
Namun, yang menjadi problem ikutan berikutnya adalah, sekolah-sekolah Internasional tersebut berstatus swasta, yang tidak mungkin terjangkau oleh siswa kurang mampu meskipun dia berprestasi.
Menjadi menarik adalah ketika melihat sepak terjang sebuah sekolah baru di Kabupaten Sragen Jawa Tengah. Mendapatkan rekor MURI tahun 2011 sebagai “Sekolah Termuda dengan Prestasi Terbanyak”, Sekolah tersebut dibangun dari nol untuk menjadi sebuah Sekolah Internasional namun yang mengejutkan adalah sebuah kenyataan bahwa sekolah tersebut berstatus negeri, dalam artian dibawah bimbingan langsung dari Pemerintah.
Sragen Bilingual Boarding School (SBBS), demikian nama sekolah yang berdiri pada bulan Maret tahun 2008 tersebut. Sebagaimana konsep dari sebuah sekolah Internasional, sekolah tersebut juga memiliki fasilitas ruang kelas & laboratorium yang modern, gedung yang megah & luas serta pengadaan tenaga kerja asing sebagai tenaga pengajar.
SBBS sendiri juga menjadi pilot project pertama di dunia, sebuah Sekolah Negeri yang memiliki guru-guru asing sebagai tenaga kerja tetap.
Untuk tenaga pengajar asing, beberapa sekolah SBI/RSBI memang telah menerapkan Native Visit secara reguler ke sekolah mereka. Namun yang disayangkan, para native tersebut kebanyakan berprofesi inti sebagai mahasiswa di Indonesia (hanya mengajar sambilan & ketika lulus harus kembali ke negaranya). 
Contoh lain, kasus yang merata di sekolah SBI/RSBI, mereka disibukkan untuk menjaring Sister School dengan Sekolah Internasional yang sudah ada karena kesulitan untuk menembus langsung jaringan luar negeri demi mendapat pun 1 orang guru native speaker.
Ada juga kasus soal norma ketimuran. Ada Sekolah SBI di Jateng yang mendapat bantuan seorang guru native perempuan dari Amerika. Namun kerjasamanya kemudian tidak dilanjutkan, karena sang guru suka untuk duduk di atas meja & mengajar sambil menggunakan (maaf) Tank-Top. Tentunya ini juga tidak sesuai dengan budaya kita.
 Berbeda dengan sekolah semacam SBBS dimana mereka sudah menjalin kerjasama dengan sebuah yayasan NGO: PASIAD yang berpusat di Istanbul Turki, sehingga stok pengajar mereka qualified & berlimpah, bahkan para guru asing tersebut memboyong keluarga bahkan orangtuanya untuk tinggal di Sragen, sehingga dedikasi mereka tak perlu diragukan lagi.
SBBS sendiri sebagai Sekolah Negeri juga mempunyai tenaga guru lokal & PNS. Atas otonomi yang diberikan, SBBS berhak menseleksi guru PNS maupun Non-PNS yang akan ditugaskan di SBBS. Langkah tersebut menjadi sebuah kritik yang menusuk atas kebijakan mutasi serta dropping guru PNS selama ini yang tidak melibatkan sekolah serta tidak memperhitungkan angka kebutuhan di masing-masing sekolah.
Dikarenakan berstatus Sekolah Negeri, maka sekolah ini juga tidak bisa main-main dalam mematok biaya pendidikan bagi para siswanya. Alhasil sekolah tersebut kini diklaim mematok biaya pendidikan 1/6 dari biaya pendidikan sekolah Internasional sejenis yang berstatus swasta. Sebagai contoh, jika di sekolah swasta A mematok SPP sebesar 3 juta rupiah per bulan, maka sekolah ini hanya memasang tarif SPP 500 ribu rupiah per bulan. Sebuah angka yang mencengangkan bagi orangtua yang sadar akan mahalnya kualitas pendidikan yang bermutu. Logika selanjutnya adalah orangtua siswa bisa mengalokasikan sisa anggaran 2,5 juta rupiah-nya / bulan untuk ditabung, membeli perlengkapan sekolah anaknya dll.
Dengan mengandalkan subsidi dari Pemerintah, maka sekolah ini mampu memberikan alternatif sebuah Sekolah Internasional yang murah & terjangkau. 
Sekolah tersebut juga menerapkan sitem pembiayaan yang unik, dimana setiap calon siswa baru akan dijelaskan besaran bea pendidikan all in per tahun (buku, seragam, laundry, asuransi, asrama, bimbingan olimpiade dll) sehingga orangtua siswa tahu betul besaran biaya yang harus dikeluarkan selama 3 tahun ke depan (tidak ada pungutan tiba-tiba di tengah jalan). Sehingga bisa dipastikan tidak ada protes dari orangtua siswa soal bea pendidikan.
Konsep sekolah seperti di Sragen inilah yang patut dikembangkan oleh Pemda, Pemkot maupun Pemprov di seluruh Indonesia (bahkan Kemendiknas) untuk memformat ulang konsep SBI/RSBI yang ada serta mampu untuk mengatasi persoalan yang timbul pada sekolah SBI/RSBI.
Untuk program Bilingual misalnya, murid yang kemampuan Bahasa Inggrisnya kurang, tidak perlu les di luar sekolah, namun sekolah menyediakan bimbel Bahasa Inggris dari luar untuk datang ke sekolah untuk menggenjot kemampuan berbahasa Inggris siswa. Program sekolah tersebut lazim disebut English Matriculation, dimana wajib bagi semua siswa baru untuk mengikuti bimbingan intensif Bahasa Inggris selama 3 bulan full di sekolah / tidak ada pelajaran lain selain Bahasa Inggris (program ini sekaligus sebagai pengganti MOS/OSPEK di sekolah). Output dari Program Matrikulasi ini menunjukkan bahwa siswa lebih mampu beradaptasi dengan guru asing serta Text book dari luar negeri setelah mengikuti kelas intensif tersebut. Alhasil program sekolah bertajuk Bilingual System dapat berjalan dengan lancar tanpa ada halangan yang berarti.
Dengan ditunjang Program Bilingual yang sehat, serta koneksi sekolah untuk menembus link panitia Olimpiade Internasional, maka tak heran jika sekolah tersebut dengan mudah berpartisipasi & menjuarai  Olimpiade tingkat Internasional setiap tahunnya. Padahal untuk bisa menjadi jawara di Kompetisi Internasional, para siswa dituntut untuk bisa mempertahankan proyek penelitiannya dalam Bahasa Inggris dihadapan juri-juri luar negeri, belum lagi ketika mereka harus berhadapan dengan kontestan dari negara lain.
Keterbatasan link dengan panitia Internasional-lah (selain juga masalah funding / pendanaan) yang juga membuat sekolah SBI/RSBI di Indonesia hanya puas untuk memarkir siswa-siswanya di perlombaan tingkat nasional saja. Sebenarnya ada juga link dari Kemendiknas untuk pengiriman kontestan ke Olimpiade Internasional, namun jumlahnya terbatas & persaingannya sangat ketat, dimana disinyalir kuota ini dimonopoli oleh sekolah-sekolah berduit di Ibukota saja. 
Program pendatangan guru asing juga jangan diartikan secara emosional sebagai usaha menyingkirkan guru lokal. Guru lokal tetap diperlukan untuk mendampingi guru asing dalam mengerjakan administrasi sekolah, konseling siswa dll. Sehingga partnership diantara guru asing dan guru lokal dapat berjalan dengan seimbang & profesional. Harmonisasi, bukan konfrontasi.
Program Bilingual juga tidak perlu diratakan ke semua mapel, hanya mapel Matematika, Sains, Bahasa Inggris serta komputer saja yang perlu didatangkan native speaker. Untuk mapel sosial cukup diampu guru lokal dengan pengantar Bahasa Indonesia (karena ada Sekolah RSBI di Jateng yang membawakan mapel Bahasa Jawa dengan pengantar Bahasa Inggris, kacau bukan?)
Secara umum Program Sekolah Internasional (yang sesungguhnya) sebenarnya sulit untuk bisa dikatakan sejalan dengan konsep sekolah SBI/RSBI yang digagas Pemerintah demi menciptakan Sekolah Internasional (yang setengah-setengah) di Indonesia. Mungkin juga sebenarnya Pemerintah sudah sadar untuk menarik guru-guru asing ke Indonesia, namun terkendala (ewuh pekewuh) dengan jumlah PNS guru yang jumlahnya sudah overload tersebut jika sampai ‘dirumahkan’. 
Alhasil Pemerintah mengambil jalan tengah: mencoba ‘mengorang-asingkan’ guru-guru Indonesia dengan jalan pintas. Kebijakan tersebut pada akhirnya terpecah menjadi 2 jalan cerita: ‘membunuh’ perlahan-lahan guru senior yang sudah angkat tangan untuk belajar bahasa Inggris dari nol sehingga mereka memilih untuk pensiun dini, atau menunggu keajaiban Tuhan supaya guru ‘si Pitung’ bertransformasi menjadi guru ‘James Bond’ dalam waktu semalam. Jalan cerita mana yang akan menutup cerita ini? Waktu yang akan menjawabnya.
Selamat berkreasi guru-guru Indonesia..Tetap Semangat!


Bersilaturahim dengan Guru-Guru MAN Insan Cendekia Serpong


Bulan Januari lalu saya mendapat kesempatan emas: berdiskusi dengan guru staff pengajar MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Insan Cendekia (IC) Serpong Tangerang, tepatnya pada hari kamis 19 Januari 2012, saat mereka melakukan studi banding ke SMAN SBBS Sragen.
Dengan dipimpin ketua rombongan Eneng Uswatun MPd, 3 orang staff guru MAN Insan Cendekia tersebut berkesempatan untuk beraudiensi serta bertukar informasi dengan kami di SBBS.
Awal dari acara ini adalah permohonan dari MAN Insan Cendekia untuk mengetahui lebih mendalam sistem pendidikan di SBBS. Gayungpun bersambut, kami menerima permohonan mereka.
Seperti saat-saat sebelumnya, untuk agenda studi banding di SBBS, maka saya (selaku waka humas) yang bertanggung jawab untuk menghadel acara tersebut. 
sama dengan agenda penerimaan tamu studi banding sebelum2nya, kami membagi-bagi tugas untuk penerimaan tamu ini.
faktanya sebenarnya minggu tersebut agenda tugas kami sangatlah banyak, karena bersamaan dengan ujian blok siswa, presentasi calon siswa baru dll. namun alhamdulillah teman2 di SBBS sudah terbiasa bekerja instan. job des - pun kami bagi:
1. pak hari (supervisor) : mempersiapkan guest room (karena AVR -audio visual room- di pake untuk perform sunum/drama turki)
2. mas wawan (teknisi): pasang lcd, sound
3. bu danik (dapur): menyiapkan welcome drink, snack, lunch
4. mas imam (sekretaris humas): menyiapkan suvenir, attendance list, mc, antar jalan2
5. pak febri (IT): ngeprint sertifikat studi banding
6. pak cipto (kepsek): kasih sambutan mewakili General Manager yg berhalangan hadir
7. saya sendiri: presentasi program sbbs
pukul 9 (maju 1 jam dari agenda) acara kami mulai. mas imam menjadi mc & pk cip memberikan kata-kata sambutan
selanjutnya adalah pemutaran video pasiad (menceritakan seluk beluk & aktifitas yayasan Turki tersebut)
setelah pemutaran video selama + 15 menit, acara kami lanjutkan dengan presentasi power point sistem pendidikan di SBBS.
tampak 3 orang tamu saya dari Serpong ini tidak pernah lepas dari bolpen & kertas. mereka terus mencatat & mencatat. sy jadi ingat nasehat dr pak fandie kepsek SBBS lama: "people may forget but paper can not forget" meskipun saya sering bercandain beliau: "paper may lost, pak!" :) (di SBBS kami harus sering membawa buku catatan kemana2, karena saking banyaknya tugas yang diberikan lewat perintah2 lisan).

sambil saya mempresentasikan materi power point, guru2 di IC tersebut tampak antusias bertanya (dan mencatat). sayang, karena ini sesi studi banding dari mereka, maka mereka yang lebih banyak menggali info seluk beluk mengenai SBBS, sedangkan saya sendiri juga cukup penasaran dengan sekolah mereka tersebut.
Saya hanya bisa mendapatkan informasi singkat: bahwa siswa-siswa di MAN Insan Cendekia adalh full beasiswa, karena dibiayai oleh Kementrian Agama / Kemenag.
Guru IC juga sempat menjelaskan bahwa IC telah 3 kali berganti wajah: SMA Swasta, Madrasah Swasta (berasrama), & yang terakhir Madrasah Aliyah Negeri seprti sekarang.
Setelah puas beraudiensi (tentang sistem pendidikan SBBS, program pembinaan olimpiade, sistem pengelolaan asrama, serta program bilingual), rombongan tersebut juga berkesempatan melakukan observasi kegiatan belajar mengajar di SBBS serta melihat-lihat gedung sekolah & ruangan kelas SBBS.
Acara yang berlangsung dengan hangat & penuh keakraban tersebut pada akhirnya harus kami akhiri.setelah santap siang bersama, sholat dhuhur, maka kami menuju pendopo untuk tukar menukar souvenir serta sesi berfoto bersama.
demikian sekelumit pengalaman bersilaturahim dengan guru MAN IC Serpong, semoga di lain kesempatan kami bisa membalas kunjungan mereka. amin



Jumat, 20 Januari 2012

Belajar bahasa Turki

Dengan menjadi staf pengajar di sekolah Turki kurang afdol rasanya bila tidak berbagi sedikit pengetahuan tentang bahasa asing yang cukup susah ini. banyak orang mengira Turki identik dengan arab. dan banyak juga yang kebingungan ketika saya tanya berada di benua manakah negara Turki?
yup, Turki mempunyai bahasa sendiri & bukan bahasa arab. bahkan rata2 staf pengajar Turki tidak bisa berbahasa arab (meskipun mereka muslim). & yang terakhir Turki terbagi menjadi 2 wilayah: sebagian berada di asia, sebagian lagi berada di eropa (namun untuk sepakbola mereka tergabung dalam grup eropa, kasusnya hampir mirip dengan Israel)
untuk mempelajari bahasa Turki ada beberapa kaidah yang cukup penting (dan aneh he) :
1. bahasa turki tidak mengenal alfabet Q, W & X
2. alfabet latin bahasa turki berjumlah 29 huruf terdiri dari 8 vokal & 21 konsonan
3. bahasa turki berpola S-O-P (bukan seperti bahasa Indonesia S-P-O)
    misal:    simdi      Hanif       pilav           yiyor
             (sekarang)  (hanif)     (nasi)     (sedang makan)
                   K       -     S     -     O      -         P
Contoh vocab bahasa turki sehari-hari:
ben = saya
sen = kamu
bey = bapak
hanim = ibu
merhaba = halo
gunaydin = selamat pagi
iyi gunler = selamat siang
nasilsiniz = apa kabar
iyiyim = baik
kac = berapa
nerede = di mana
nereye = ke mana
nereden = dari mana
ne zaman = kapan
kim = siapa
sifir = nol
bir = 1
iki = 2
uc = 3
dort = 4
bes = 5
abi = brother
abla = sister
amca = paman
anne = tante
baba = ayah
namaz = sholat
dua = do'a
yemek = makan
tavuk = ayam
pilav = nasi
cay = teh
maymun = monyet :)
ozur dilerim = i'm sorry
tezekkur ederim = thank you
futbol = sepakbola
spor = olahraga
araba = mobil
motosiklet = spd motor
tuvalet = toilet
pazar = minggu
pazartesi = senin
sali = selasa
carsamba = rabu
persembe = kamis
cuma = jumat
cumartesi = sabtu
that's all for today our turkish lesson, & as closing meet my turkish brother in SBBS sragen: dr kiri. ahmet acar (guru fisika), serdar & muhamet saparov (pembina asrama) --> foto abis maen futsal bareng.
IYI AKSAMLAR !!! :)
source: 'bahasa turki sehari-hari' Gramedia: 2001


Kamis, 19 Januari 2012

Menjejakkan kaki pertama kali di negeri jiran



Saya dan jajaran guru staff SMP & SMA Negeri SBBS Sragen,pada tahun 2011 yang lalu, tepatnya pada hari Sabtu-Selasa, 5-8 Maret 2011 mengadakan kegiatan karya wisata ke Kuala Lumpur Malaysia. Kegiatan tersebut diikuti oleh 10 orang personel yang terdiri dari tenaga pengajar & staff administrasi SBBS Sragen dengan travel guide brother Evin Elvino (doi kelahiran Kuala Lumpur jadi hapal jalan2nya, sampe jalan tikus aja hapal..hebat)
Pada awalnya saya menawarkan istri dan anak untuk ikut, namun istri menolak dengan alasan beaya ekstra (pasport baru, & terutama tiket solo-kualalumpur yg naik). akhirnya saya harus berangkat sendirian ke KL tanpa keluarga. :)
untuk bisa mengunjungi malaysia sebenarnya beaya sangat terjangkau, cukup dengan mengeluarkan beaya akomodasi berupa pasport (senilai kurang lebih 300 ribu rupiah), akomodasi hotel & transportasi serta konsumsi masing-masing sebesar 2,5 juta rupiah dan uang saku pribadi yang bervariasi antara 500 ribu – 3 juta rupiah. saya dan rombongan berangkat dari SBBS sragen hari Sabtu pukul 09.00 wib & terbang ke Malaysia menggunakan maskapai AirAsia nomor penerbangan AK 541.

Sebelumnya pada bulan Desember 2010 kami sendiri telah melakukan online booking via airasia.com sehingga mendapatkan harga tiket Solo-Kualalumpur yang sangat terjangkau yaitu 350 ribu  rupiah/tempat duduk. Perjalanan Solo-Kuala Lumpur memakan waktu sekitar 2 jam & pada pukul 12.10 pesawat mendarat dengan selamat di Kuala Lumpur International Airport. Sampai disana, kami harus menyesuaikan jam karena waktu di Malaysia 1 jam lebih awal daripada di Indonesia.
Dari bandara, kami melanjutkan perjalanan menuju hotel dengan menggunakan bus & kereta api monorail via LCCT (Low Cost Carriage Terminal). sewaktu antri bis kami sadari penumpang malaysia sangat disiplin. tak ada serobot menyerobot ala indonesias wkkk.
Untuk masalah penginapan, kami juga taklupa telah melakukan online booking untuk hotel (thanx to mas faisal yg udah googling puluhan hotel he). Hotel yang kami tempati adalah hotel bintang 2 Season’s View Hotel yang kebetulan terletak di jantung kota Kuala Lumpur. Lokasi hotel sangat strategis, karena dikelilingi kedai-kedai makanan China & resto India yang rapi & bersih serta deretan toko cinderamata, juga puluhan mall & gedung pencakar langit yang megah. Sampai di hotel, kami beristirahat sejenak kemudian menuju ke Money Changer untuk menukarkan uang saku masing-masing dengan mata uang ringgit Malaysia (kurs RM1 = Rp. 3.300). saya juga sempet beli snek khas malaysia: kerepek mamee & ribena berry anggur :)
Malam harinya, kami menikmati jamuan makan malam di restoran ‘Hailam Chicken Rice’, sebuah restoran masakan chicken rice yang paling terkenal di Kuala Lumpur. Selain chicken rice, makanan yang banyak diburu wisatawan disana adalah nasi lemak, tom yam, kwe tiau & durian Malaysia. Sehabis makan malam, kami berjalan sekitar 3 km hanya untuk dapat berfoto bersama di depan menara kembar Petronas (Petronas Twin Tower).capek cynnn!!!!, tapi worthed lah :)

Hari ke-2 kami lalui dengan breakfast nasi lemak (makanan favorit saya) di Old Town White Cofee (letaknya persis di depan hotel). nasi lemak ini seperti nasi uduk di indonesia, cuma rasanya laen, ada nuansa kari dan...ahhh tak bisa dijelaskan dengan kata2 wkkkkkk


Setelah breakfast kami lanjutkan perjalanan berwisata ke Genting Highland. Sebuah obyek wisata yang terletak di daerah pegunungan. Perjalanan menuju obyek wisata dilalui dengan menggunakan gondola/cable car yang bergantung pada ketinggian. Perjalanan dengan kereta gantung yang menguras adrenalin tersebut sekitar 20 menit. Berbagai macam obyek wahana dinikmati oleh saya dan teman2, antara lain Flying Coaster, Space Shoot (dilontarkan dari ketinggian 20-30m...!!!!), Roller Coaster dan lain-lain (untuk yg satu ini biang keroknya si evin wkkk).
Di obyek Genting Highland ini juga terdapat kasino yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dari China maupun Eropa. kami sendiri sempat mendapat sedikit musibah: tertinggal bis menuju ke hotel, meskipun kami hanya terlambat 10 menit dari waktu yang tertera di tiket (bis di Malaysia sangat ketat dalam mematuhi jadwal) terpaksa kami urunan ekstra untuk naik taxi proton (orang malaysia sangat bangga dengan mobil nasionalnya).driver taksi ini sendiri sempat mengutarakan keinginannya untuk bisa mengunjungi jakarta. dia bahkan telah menabung untuk bisa mewujudkan impiannya tersebut. salut!
Sekembalinya ke hotel, kami menghabiskan malam di SK Corner, sebuah resto India yang buka 24 jam. Kami menyantap aneka macam masakan khas India antara lain Nasi Kandar, Canai (favorit saya & teman2 canai cheese), Nan, sotong goreng, sup kambing, nasi goreng serta minuman tradisional India teh tarik (tak lupa minuman favorit saya: Ribena Berry he). Oya kebetulan waktu itu ada live pertandingan manchester united, sehingga kedai sangat riuh dengan para pendukung MU.
Hari ketiga kami habiskan untuk berbelanja souvenir di  Berjaya Times Square, mall terbesar di Asia Tenggara yang terdiri dari 12 lantai & 1000 toko !!!! wow!!!. Souvenir yang banyak diburu antara lain gantungan kunci, kaos, tas, bolpen, miniatur menara Petronas serta pashmina/kerudung khas Malaysia (saya sempat berpikiran untuk membuka bisnis pashmina di indonesia). 

well the time is come...Takterasa, kami harus kembali ke Indonesia sesuai dengan booking tiket pesawat. kami terbang dr KL intl airport pada pukul 10.00 dan tiba dengan selamat di Adisumarmo solo pada hari Selasa 8 Maret 2011 pukul 12.40 dengan membawa berjuta kenangan indah di negeri jiran Malaysia. 
ada kenangan lucu namun memprihatinkan sewaktu naik pesawat pulang. waktu itu kami bersama dengan para rombongan TKI yang juga hendak pulang ke indonesia. saat penerbangan berangkat seperti biasa kami harus duduk berdasarkan nomor di tiket. namun saat kami bersama para TKI tersebut, saat kami kebingungan mencari tempat duduk, beberapa dari mereka berseru: "duduknya bebas mas" what?????, apalagi selama dalam penerbangan mereka juga riuh mengobrol. sampai2 pramugara air asia juga harus menenangkan mereka karena sempat berdiri sewaktu landing hadeuuhh. tapi gakpapalah..gitu2 mereka juga masih sebangsa dengan saya wkkkkkk. sebelum mendarat taklupa saya membeli oleh2 nasi lemak di pesawat (sempet dikasih Ribena berry juga oleh penumpang arab di sebelah saya, dia berterimakasih krn sy membantunya membayar snek di pesawat dengan rupiah)
well at last i just want to say miss u so much Ke eL !!!!! hope i can go there again with my whole family. amin. 




pengalaman 1 minggu tugas dinas di jawa timur via jalur darat


Pada tahun 2010, saya bersama team PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) SMP & SMAN SBBS Sragen, tepatnya mulai hari Jumat 2 April 2010 s/d Rabu 7 April 2010 melakukan safari ke provinsi  Jawa Timur. Kegiatan yang berlangsung selama hampir sepekan tersebut berbentuk home visit atau kunjungan langsung ke rumah calon siswa baru SMP & SMAN SBBS Sragen. Program tersebut seiring dengan program Penerimaan Peserta Didik Baru di SMP & SMAN SBBS Sragen tahun ajaran 2010/2011 untuk kategori penerima beasiswa.

Team dari SBBS ini sendiri terdiri dari 3 orang, yaitu: Feri Adrison (Wakil Direktur Asrama SBBS), saya sendiri & Muhammad Fakhrudin (driver SBBS). Dengan bekal ala kadarnya serta informasi alamat yang terbatas, kami berangkat melalui jalur darat dengan mengendarai sebuah mobil kijang (rental).

Tercatat kami menempuh perjalanan darat sepanjang 1.650 KM & melewati 16 Kabupaten / Kota di Jawa Timur !! luar biasa ya :), kami bertugas berkunjung satu persatu ke rumah calon orangtua siswa, melakukan presentasi di sekolah2 maupun di depan orang tua calon siswa, sekaligus menawarkan program beasiswa untuk melanjutkan studi di SMP & SMAN SBBS Sragen. Tercatat kami berhasil melakukan presentasi di 9 kota di Jawa Timur, yaitu di Ponorogo, Madiun, Kediri, Malang, Gresik, Surabaya, Jember, Lumajang & Lamongan.

Selama 6 hari 5 malam di Jawa Timur, banyak suka duka yang kami alami. Mulai dari kehabisan tempat bermalam (karena hotel semua fully booked), bergantian menyetir mobil karena kelelahan, ditilang polisi, memakai baju yang sama karena tidak sempat laundry (wakakakakk), harus pilih-pilih tempat makan dan penginapan murah karena uang saku yang terbatas, serta harus meninggalkan keluarga dirumah di saat keluarga yang lain menikmati long weekend.

Namun Alhamdulillah, dengan izin Alloh swt, tercatat siswa – siswa peraih medali Internasional, Nasional maupun jawara Provinsi yang berdomisili di Jawa Timur berkenan untuk menandatangani kontrak bergabung sebagai siswa baru di SMP & SMAN SBBS Sragen 2010 / 2011.

Tahun 2011 kemarin kami meminta izin pimpinan untuk tidak dinas ke luar kota (karena baru punya baby he), namun tahun 2012 ini kemungkinan saya akan bernostalgia lagi dengan jawa timur, suramadu, dan kabupaten pamekasan madura (sate laler he). ok c u next time jawa timur. u r the best place i ever known.


Rabu, 18 Januari 2012

PENGALAMAN LOLOS TES CPNS SRAGEN 2008

Pada awal november 2008, adalah saat saya dan teman-teman di Sragen Bilingual Boarding School Gemolong mencoba peruntungan. saat itu adalah masa penerimaan CPNSD Kabupaten Sragen formasi 2008 click here. berbekal pengalaman gagal di seleksi CPNS Deplu Jakarta, maka saya dengan semangat sumpah pemuda :) segera cancut taliwanda mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan.
Waktu itu saya ingat ada 10 rekan guru & staf SBBS yang ikut apply. mereka antara lain: pak Taufik (guru bahasa Inggris), pak Edi (guru olahraga), mas Faisal (admin), bu Kharisma (humas Internal), bu Anggar (guru bahasa Inggris), bu sari (guru bahasa inggris), bu fitroh (kurikulum), bu desi (bendahara), bu ninik (bendahara) dan saya sendiri.
Perjuangan untuk mengumpulkan berkas pendaftaran tentunya berliku (sepadan dengan hasilnya he). Pertama kami harus menyediakan waktu khusus untuk bisa memenuhi persyaratan berkas yang diminta. Hal ini tidaklah mudah, karena SBBS meskipun berstatus Negeri, namun masih dibawah manajemen Pasiad Turki (Institusi ini tidak mengenal Pegawai Negeri). sehingga tak mungkin ada izin untuk mendaftar PNS, apalagi kami tahu, apabila diterima PNS, maka kami pasti akan out from this school (tergantung penempatan) sehingga sekolah pasti keberatan kalo pegawainya keluar di tengah jalan.
Waktupun berlalu, seperti biasa konsentrasi kami tersita dengan pekerjaan yang menumpuk hingga terbersit angan: mendaftar PNS adalah kemustahilan. Namun kuasa Tuhan memang luar biasa, ditengah kegalauan kami, tiba-tiba GM (General Manager) memanggil kami. di dalam pertemuan itu ditanya: "siapa yang belum mendaftar PNS?" kami acungkan tangan satu per satu. GM melanjutkan "semua guru wajib mendaftar PNS" hahhh...bagai disamber gledeg saya mendengar beliau berucap seperti itu. pokoknya speechless lah :)
Akhirnya kami segera adakan persiapan: cari kartu kuning, skck, legalisir ijasah, foto dll. saya sendiri harus bolak balik karanganyar-solo-gemolong untuk kumpulkan persyaratan tadi. Apalagi, meskipun mendapat izin dari GM, namun bukan berarti tugas-tugas kami berkurang, apalagi tugas saya adalah mencari siswa baru hingga ke luar kota. 
Di tengah ihtiar saya tersebut istri yang sedang mengandung anak ke 2 jatuh sakit. kelelahan mengerjakan pekerjaan rumah tangga membuat kandungannya menjadi lemah. dokter memvonis: bed rest di RS.
Akhirnya aktivitas saya terbagi menjadi 3: bekerja di SBBS, mengurus berkas PNS, dan sore harinya menunggui istri yang opname di RS (anak saya yang 1 -salsa- ikut tidur di RS). Berasa jadi super dad nih :). 
3 hari dalam aktifitas yang super duper sibuk plus makan yang tak teratur membuat fisik saya drop luar biasa. saya masih ingat waktu itu saya ambruk di kasur istri. perawatpun berdatangan. saya dibawa dengan kursi roda keruang UGD. jarum infus segera disusupkan ke lengan saya. fiuuuhh, lega rasanya cairan infus memenuhi tubuh saya. saya ingat sehari saya bisa habis 3-5 tabung infus (dehidrasi).
Terkapar karena sakit tak mengendurkan niat saya untuk melengkapi berkas PNS. saya juga ingat waktu itu saya menulis surat lamaran PNS di atas pembaringan. bahkan para perawat berkumpul untuk mencontoh surat lamaran saya. Ternyata mereka mau mendaftar PNS juga he.
Berkas pendaftaran PNS akhirnya saya kirim. saatnya menunggu hasil seleksi administrasi.
Tanggal pengumuman seleksi administrasi telah datang, namun tak ada tanda-tanda info maupun tukang pos datang ke rumah. iseng saya lacak ke kantor pos, ternyata benar surat panggilan untuk tes tertulis lupa belum diantarkan oleh tukang posnya. malah saya mau dititipi surat serupa untuk pelamar lain yang tinggal di sekitar komplek saya, namun saya tak mengenalnya, sehingga saya tolak.
langkah sebelum ujian seperti biasa adalah cek lokasi & tempat duduk. akhirnya saya meluncur ke SMAN 3 Sragen untuk cek lokasi.
sore hari, sehari sebelum tes tulis, saya ingat nanti malam ada pertandingan sepakbola padahal antena TV sedang rusak. mungkin posisi bergeser karena disenggol tikus. karena dasar maniak bola saya segera naik ke eternit (antena TV saya gantungkan di atas eternit), selesai membetulkan antena saya ingat ada bagian eternit yang bocor, saya berinisiatif untuk mengeceknya. malang, saya melangkah tanpa sadar kalo berjalan di atas eternit, bukan kayu. langsung saja saya terhempas ke bawah..braaaakkkkkkk. alhamdulillah saya tidak sampai terbanting ke lantai, karena tubuh saya terhimpit batang kayu. saya tak bisamembayangkan kalo kayu tersebut tidak ada. mungkin saya tidak bisa ujian PNS besok pagi. satu pelajaran bagi anda yang akan menempuh ujian/tes: jangan lakukan aktifitas yang membahayakan. siapkan fisik untuk istirahat sehingga fress menempuh ujian.


- to be continued inshalah -





Senin, 16 Januari 2012

Belajar dari Tetangga


Diary, 25 nov 2010, 11:11


Setelah positif diterima sebagai CPNS Sragen formasi 2008 saya dan istri memberanikan diri untuk membeli sebuah rumah mungil di perumahan sekitar Gemolong Sragen. rumah ini sederhana saja. ukuran standar 6x10m. dengan 1 kamar tidur. oleh karena itu rumah kami rombak total dengan desain murni dr saya sendiri (plus inspirasi dr internet jg tentunya). gambarnya bisa dilihat, cantik bukan? :)


Di perumahan Gemolong Indah ini saya mengenal beberapa tetangga baru. Yach, sebenarnya mereka lebih dahulu menghuni komplek tempat tinggalku. Sedangkan aku baru saja pindah bulan januari tahun itu.
Selama bertetangga dengan mereka aku belajar banyak hal (sengaja kami tak mencantumkan identitas suku bangsa).
Pertama, yang aku ketahui, mereka adalah para perantau. Maka seperti para perantau yang lain, mereka adalah pekerja keras kelas wahid yang tak terbantahkan.
Kedua, mereka tak suka mencampuri urusan orang lain. Meskipun lingkungan kami masih tingkat kecamatan, namun pola hidup kami tak kalah dengan para bussinessman berdasi di Jakarta: kami cuek secuek-cueknya!
Ketiga, mereka suka sekali kongkow-kongkow. Aku perhatikan jadwal wajib mereka ini tak pernah meleset setiap harinya: jam 15.00 sehabis adzan ashar hingga pukul 18.00 saat adzan maghrib berkumandang. Belum cukup itu, mereka lanjut main futsal selama 1 jam! Fisik yang luar biasa.
Ketika mereka berkumpul, ada saja kegiatan mereka: minum kopi, ngobrol & 1 yang takkan pernah bisa dipisahkan: main kartu!
Untuk kebiasaan mereka yang terakhir ini, sebenarnya aku sangat tidak setuju. Namun, segala komplain tetangga yang lain terhadap mereka tampaknya sulit untuk menghapus kebiasaan turun temurun dari tanah kelahirannya. Mereka hanya berujar pendek ketika kami tegur: “kami tidak pakai uang. tidak ada taruhan. hanya hobi main kartu”.
Keempat, mereka juga mempunyai pekerjaan yang tidak biasa: menjadi semacam koperasi keuangan kecil-kecilan di pasar-pasar. Mereka meminjamkan modal usaha kepada konsumennya dengan tanpa syarat & bunga yang menggiurkan. Tak ayal, banyak pedagang kecil di pasar, tukang becak, hingga pedagang hik yang menjadi nasabah tetap mereka. Apakah usaha mereka legal atau tidak? Silahkan tanya kepada camat setempat.
Kelima, mereka mempunyai kedisiplinan ala tentara baret merah!
Salah satu wujudnya, mereka selalu tampil rapi setiap jam 5 pagi. Memanasi motor. Rambut basah oleh air mandi, mendandani seabrek anak-anak mereka yang khawatir terlambat sekolah bahkan meskipun mereka datang ke sekolah jam 05.30 sekalipun! Luar biasa.
Keenam, kekayaan mereka bergerak dengan cepat.
Sebelum mereka pindah ke komplek ini, mereka adalah tetanggaku di komplek sebelumnya. Dan aq tau kehidupan mereka saat itu: naik motor butut, rambut gondrong tak terawat, badan kurus, rumah masih kontrak dll.
Tapi kini, lihatlah kawan, rumah mereka sekarang megah-megah, tak cukup ambil 1 kapling..mereka ambil 2 kapling, bahkan setiap ada rumah dijual disamping kanan atau kirinya..langsung disrobot! Beli cash! Luar biasa..sepeda motornya? tak cukup 1 atau 2 tapi 3! New semuanya! Gila..benar-benar tak masuk diakal!
Belum lagi mobil baru mereka sobat. Minimal Kijang LSX atau LGX. & tak cukup 1! Mereka akan terus berburu & berburu...Tuhan....
Ketujuh, mereka rajin ke gereja. Meskipun banyak orang yang mencibir eksistensi mereka, bukan berarti mereka mengutuki hidup & menjauhi Tuhan mereka. Mereka tetap yakin, berbaik sangka pada Pencipta mereka.
Tapi...itulah mereka, seribu aplaus untuk mereka. Cukup. Tak perlu buruk sangka. Just appreciate them. enough. jangan ada iri atau dengki. Lebih baik berkaca untuk diri kita sendiri.
Pada akhirnya, saya hanya akan membagi tips hidup sukses ala mereka:
1.       Kerja keras jangan biarkan matamu banyak tertidur atau punggungmu lena terbaring
2.       Jangan membuang waktu untuk mengurusi orang lain. uruslah dirimu sendiri! Pelototilah pundi tabunganmu..lihat baik-baik..& segera penuhi dengan rupiah-rupiah hasil jerih payahmu.
3.       Perbanyak silaturahmi, berkunjung ke rumah kawan. Cari tau peluang bisnis terbaru dll.
Untuk yang satu ini sudah banyak dalil yang menisbatkan.
4.       Apapun pekerjaanmu, jangan minder, malu atau tersisih.
Tekunilah pekerjaanmu itu. Itulah yag terbaik yang Tuhan berikan untukmu.
5.       Bangunlah pagi-pagi, agar rezeki tak dipatok ayam, jangan kebanyakan tidur!
6.       Jangan cepat puas dengan kekayaanmu. Di atas langit masih ada langit. Kurs $ tak bisa kau prediksi tetap Rp. 9000.
7.       Berdoa & beribadah. Ini energi terutama yang memperlancar segalanya. Sempatkanlah puasa, sholat malam, sholat dhuha, atau wirid pembuka rezki..semuanya.



Sekian. Semoga bermanfaat